Belum jua aku bisa menggapaimu
Namun kenapa?
Sayap cinta ini kau patahkan
Hingga kandas harapku kian mengendap di lautan asmaramu
Belum jua aku sempat menatapmu
Namun kenapa?
Kau menghilangkan jejakmu di antara barisan titi wangsa ini
Hingga lelah ragaku kian terkapar tak berdaya
Baru saja tahun kemarin
Saat di mana kau menjadikan hari jadimu
Menjadikan hari pertunangan kita
Menjalani kisah kasih yang seadanya
Hingga berulang kali aku menulis tentang kisah kita dalam puisi cinta terindah
Namun kini
Belum jua ada satu tahun kita bersama
Bahkan untuk mendengar sapamu saja aku tak pernah bisa
Apalagi aku datang dan mendekapmu
Mustahilah bagiku
Kau tahu
Aku merinduimu
Aku mengasihimu
Kau jua tahu
Aku slalu menangisimu
Dan kau jua tahu
Aku terjatuh dalam lembah kedustaan
Kau hanya diam di sana
Seolah kau tak pernah merasa
Di mana hati
Di mana sakit
Kau jua hanya terbahak
Seolah kau tak pernah berada dalam sandiwara ini
Tutur kata yang ku kagumi
Bak hikayat cinta terangung suteramu
Tak lain halnya sebuah tipu muslihat semata
Karna kau tak ubahnya seorang pemain sandiwara cinta
Aku tahu
Bahwa melepasmu
Tak semudah menghapus tinta di lembaran kertas
Namun kenapa kau goreskan cinta dalam kanvas hatiku?
"" Kau yang ku sebut adinda
Aku ucapkan terima kasih atas hadiah luka ini ""
( Putra Jogja )
kaupun telah berlalu meninggalkan cerita cinta, dan akupun hanya bisa terdiam menikmati kenangan pahit pada ujung rekahnya luka yang menganga,,,,, kaupun telah riliskan mahligai itu ke dalam air mata yang kerap menggenangi ruang sepiku. kau juga telah tebarkan asa kedalam imaji khayal yang kerap mengaksarakan kisah cinta seribu malam tentangmu. .... namun kini ,di mana pagi-pagi itu saat kau hadirkan sejuta arti makna sayang!!!!! by KEMBARA HATI
Cari Blog Ini
Rabu, 31 Desember 2014
Senin, 29 Desember 2014
Puisi : Air Mata Cinta
Haruskah aku mengenangmu din?
Haruskah aku mempertahan rasa ini din?
Haruskah pula aku menantikanmu din?
Kau tahu din?
Betapa hancur dan sirnanya cinta di hati
Betapa sakit dan pilunya hatiku saat ini
Kau sudah menjadi seorang pemenang
Di mana lakon ini kau rilis
Dan akulah insan yang kau jadikan korban kesenanganmu
Air mata ini akan slalu mengenangmu
Hingga habis beningnya meratapimu
Lalu aku hanya bisa merintih dalam ringkihnya relung hatiku
"" Air Mata Cinta ""
( Putra Jogja )
Haruskah aku mempertahan rasa ini din?
Haruskah pula aku menantikanmu din?
Kau tahu din?
Betapa hancur dan sirnanya cinta di hati
Betapa sakit dan pilunya hatiku saat ini
Kau sudah menjadi seorang pemenang
Di mana lakon ini kau rilis
Dan akulah insan yang kau jadikan korban kesenanganmu
Air mata ini akan slalu mengenangmu
Hingga habis beningnya meratapimu
Lalu aku hanya bisa merintih dalam ringkihnya relung hatiku
"" Air Mata Cinta ""
( Putra Jogja )
Sabtu, 27 Desember 2014
Puisi : Cinta Tak Bertepi
Di dalam keheningan malam
Ku sibak tirai di dinding kelam
Mengeja makna di balik tabir alam
Mengais pendar sisa di terjal gulita
Bahana menoreh pilu
Malam bagai siang menyekat
Serbuk bintang di langit menawan
Sedu sedan di rajah luka
Bisakah aku melupakanmu din?
Bisakah aku bertahan tanpamu din?
Bisakah aku berjalan tanpa iringanmu din?
Dan bisakah aku menepiskan rasa ini?
Kau tahu?
Aku menyayangimu
Aku menantimu
Aku meginginkanmu
Menyusuri likunya jalan hidupku
Namun ku tahu din,
Kau hanya sesaat bagjku
Kau hanya mimpi semata
Dan kau tak halnya sebuah cinta tak bertepiku
"" Cinta Tak Bertepi ""
( Putra Jogja )
Ku sibak tirai di dinding kelam
Mengeja makna di balik tabir alam
Mengais pendar sisa di terjal gulita
Bahana menoreh pilu
Malam bagai siang menyekat
Serbuk bintang di langit menawan
Sedu sedan di rajah luka
Bisakah aku melupakanmu din?
Bisakah aku bertahan tanpamu din?
Bisakah aku berjalan tanpa iringanmu din?
Dan bisakah aku menepiskan rasa ini?
Kau tahu?
Aku menyayangimu
Aku menantimu
Aku meginginkanmu
Menyusuri likunya jalan hidupku
Namun ku tahu din,
Kau hanya sesaat bagjku
Kau hanya mimpi semata
Dan kau tak halnya sebuah cinta tak bertepiku
"" Cinta Tak Bertepi ""
( Putra Jogja )
Jumat, 26 Desember 2014
Puisi : Gejolak Jiwa
Aku jejaki purnama-purnama malam
Dalam gelap, terangnya
Namun jiwaku masih saja merasa tak berdaya
Walau tahuku semua ini adalah kenyataan yang harus ku terima
Seandainya saja waktu itu aku masih berada di tempat itu
Pastilah aku akan mengubah langkah kakiku
Seandainya saja waktu itu aku masih berada di alam sadar
Pastilah aku akan bangun dan berlari menjauhimu
Semua seakan-akan sempurna
Saat di mana aku kau buai dengan cinta
Hingga aku larut dalam khayalan rasa
Sesaat dilema membelenggukan satu nama
Seiring jalan kita lalui
Mengisi , mewarnai hari
Tak ada yang kurasa kurang
Semua telah kau penuhi
Entah kenapa?
Waktu yang ku anggap bersahaja
Ternyata malah menjerumuskanku dalam lembah sang nista
Di mana halnya getir, pahit menjelma lara
Dan semakin hari aku mengingatmu
Semakin pula rasa ini menyiksaku
Namun aku tak bisa tuk pungkiri semua itu
Karna hatipun masih berukir namamu
Fikirku tak ada habis-habisnya
Walau semua telah nampak di mata
Katapun telah jelas terlontar
Dan kenyataan itu juga telah kau sematkan
Inikah hadiah darimu?
Di mana tulusnya kau balas luka
Di mana kasihnya kau balas dusta
Di mana cinta kau balas air mata
Mungkin tak selamanya aku bisa menyayangimu
Namun ingatlah akan selamanya aku merindukanmu dengan gejolak jiwa yang ada
"" Gejolak Jiwa ""
( Putra Jogja )
Dalam gelap, terangnya
Namun jiwaku masih saja merasa tak berdaya
Walau tahuku semua ini adalah kenyataan yang harus ku terima
Seandainya saja waktu itu aku masih berada di tempat itu
Pastilah aku akan mengubah langkah kakiku
Seandainya saja waktu itu aku masih berada di alam sadar
Pastilah aku akan bangun dan berlari menjauhimu
Semua seakan-akan sempurna
Saat di mana aku kau buai dengan cinta
Hingga aku larut dalam khayalan rasa
Sesaat dilema membelenggukan satu nama
Seiring jalan kita lalui
Mengisi , mewarnai hari
Tak ada yang kurasa kurang
Semua telah kau penuhi
Entah kenapa?
Waktu yang ku anggap bersahaja
Ternyata malah menjerumuskanku dalam lembah sang nista
Di mana halnya getir, pahit menjelma lara
Dan semakin hari aku mengingatmu
Semakin pula rasa ini menyiksaku
Namun aku tak bisa tuk pungkiri semua itu
Karna hatipun masih berukir namamu
Fikirku tak ada habis-habisnya
Walau semua telah nampak di mata
Katapun telah jelas terlontar
Dan kenyataan itu juga telah kau sematkan
Inikah hadiah darimu?
Di mana tulusnya kau balas luka
Di mana kasihnya kau balas dusta
Di mana cinta kau balas air mata
Mungkin tak selamanya aku bisa menyayangimu
Namun ingatlah akan selamanya aku merindukanmu dengan gejolak jiwa yang ada
"" Gejolak Jiwa ""
( Putra Jogja )
Rabu, 24 Desember 2014
Puisi : Guratan Sendu Tentangmu
Sudah ku dengar
Tentang wartamu dalam peraduan
Ketika deraian ombak samudera
Bergulung di batas pendar
Bersama nanarku sendiri
Tanpa balutan selembar daun
Ataupun kain yang selayaknya
Ku coba diri tuk merawat luka
Yang telah kau goreskan di hati
Sudah kudengar
Bahasa tutur di hatimu yang
Bersuarakan lantang dan hingarnya
Tanpa sedikitpun hibahmu
Menyerukannya
Usahlah kau ucap
Sebah dalam benakmu
Karna sebahku lebih dari itu
Usahlah kau ucap
Merintih di relung hati
Karna sakit rintihku lebih dari itu
Bukan maksud ingin meninggalkan
Hanya bimbang dalam keadaan
Yang tak bersahaja
Bukan maksud melepaskannya
Hanya sekedar mengulur rasa
Yang tak pernah terukur
Sebuah guratan takkan pernah bisa mewakili kesah/kesuhku
Hanya saja waktuku tidak memihak
Kan ku ingat,
Kebaikanmu selama ini
Kan ku kenang,
Artimu di dalam hidupku
Dan kubawa ke penghujung waktuku
"" Guratan Sendu Tentangmu ""
( Putra Jogja )
Tentang wartamu dalam peraduan
Ketika deraian ombak samudera
Bergulung di batas pendar
Bersama nanarku sendiri
Tanpa balutan selembar daun
Ataupun kain yang selayaknya
Ku coba diri tuk merawat luka
Yang telah kau goreskan di hati
Sudah kudengar
Bahasa tutur di hatimu yang
Bersuarakan lantang dan hingarnya
Tanpa sedikitpun hibahmu
Menyerukannya
Usahlah kau ucap
Sebah dalam benakmu
Karna sebahku lebih dari itu
Usahlah kau ucap
Merintih di relung hati
Karna sakit rintihku lebih dari itu
Bukan maksud ingin meninggalkan
Hanya bimbang dalam keadaan
Yang tak bersahaja
Bukan maksud melepaskannya
Hanya sekedar mengulur rasa
Yang tak pernah terukur
Sebuah guratan takkan pernah bisa mewakili kesah/kesuhku
Hanya saja waktuku tidak memihak
Kan ku ingat,
Kebaikanmu selama ini
Kan ku kenang,
Artimu di dalam hidupku
Dan kubawa ke penghujung waktuku
"" Guratan Sendu Tentangmu ""
( Putra Jogja )
Selasa, 23 Desember 2014
Puisi : Sirna
Jika cinta itu bukan untukku
Kenapa harus kau lukis namaku?
Jika sayang itu hanya bualanmu
Kenapa harus kau rajutkan mimpi itu?
Aku tahu,
Aku bukanlah seorang ternama
Aku tahu,
Aku bukanlah seorang sempurna
Namun aku sadar,
Siapa aku, dari mana asalku
Aku yang kini tak ubahnya sebuah debu di jalanan
Sesaat angin menerbangkan aku, entah kemana
Aku yang kini tak ubahnya lembaran usang di kehidupan
Sesaat kau robek , kau buang dalam bak sampah
Sesalku bukan berarti aku larut dalam cintamu
Melainkan aku salah menaruh hati
Sedihku bukan berarti aku larut dalam kasihmu
Melainkan aku sukar memaafkanmu saat ini
Mungkin takkan pernah kau temui lagi rasa itu
Karna rasa itu telah aku tenggelamkan di dasar nuraniku
Hingga sadarpun semua hanya dalam keterlambatan semata
"" Sirna ""
( Putra Jogja )
Kenapa harus kau lukis namaku?
Jika sayang itu hanya bualanmu
Kenapa harus kau rajutkan mimpi itu?
Aku tahu,
Aku bukanlah seorang ternama
Aku tahu,
Aku bukanlah seorang sempurna
Namun aku sadar,
Siapa aku, dari mana asalku
Aku yang kini tak ubahnya sebuah debu di jalanan
Sesaat angin menerbangkan aku, entah kemana
Aku yang kini tak ubahnya lembaran usang di kehidupan
Sesaat kau robek , kau buang dalam bak sampah
Sesalku bukan berarti aku larut dalam cintamu
Melainkan aku salah menaruh hati
Sedihku bukan berarti aku larut dalam kasihmu
Melainkan aku sukar memaafkanmu saat ini
Mungkin takkan pernah kau temui lagi rasa itu
Karna rasa itu telah aku tenggelamkan di dasar nuraniku
Hingga sadarpun semua hanya dalam keterlambatan semata
"" Sirna ""
( Putra Jogja )
Jumat, 19 Desember 2014
Puisi : Alur Cerita Ini
Lebat hujan di taman pilu
Dinding bisu enggan berlalu
Derai waktu meliput kalbu
Lembar cerita menyeruak sendu
Mega mendung menyelimut sukma
Gemuruh guntur menggelegar getarkan jiwa
Hening renta mendayuh penjuru
Gelinjir waktu menembus suratan nan kelabu
Gontai langkah kelamnya memijak
Gejolak mengelonjak tepian tak berbisik
Gurauan memerih menyayat bathin tersedak
Gugusan hancur berkeping nan terisak
Ya Tuhan,
Ini kah takdhir dari sebuah cinta tak menyatu?
Ini kah takdhir dari sebuah cerita tak bermaknaku?
Atau kah ini hanya tipu muslihat seorang kasih yang ku rindu?
Bila kah benar,
Kan ku coba iklhaskan goresan luka ini
Di mana raga, sukmaku memilu nan mati
Tanpa arti pengorbanan cinta suciku
Ya Tuhan,
Jika badai dan lebatnya hujan ini bisa menghapuskan memori yang ada
Maka ijhinkanlah aku larut dalam alurMU
Karna aku yakin, bahwa alurMU adalah untuk kebaikanku
"" Alur Cerita Ini ""
( Putra Jogja )
Dinding bisu enggan berlalu
Derai waktu meliput kalbu
Lembar cerita menyeruak sendu
Mega mendung menyelimut sukma
Gemuruh guntur menggelegar getarkan jiwa
Hening renta mendayuh penjuru
Gelinjir waktu menembus suratan nan kelabu
Gontai langkah kelamnya memijak
Gejolak mengelonjak tepian tak berbisik
Gurauan memerih menyayat bathin tersedak
Gugusan hancur berkeping nan terisak
Ya Tuhan,
Ini kah takdhir dari sebuah cinta tak menyatu?
Ini kah takdhir dari sebuah cerita tak bermaknaku?
Atau kah ini hanya tipu muslihat seorang kasih yang ku rindu?
Bila kah benar,
Kan ku coba iklhaskan goresan luka ini
Di mana raga, sukmaku memilu nan mati
Tanpa arti pengorbanan cinta suciku
Ya Tuhan,
Jika badai dan lebatnya hujan ini bisa menghapuskan memori yang ada
Maka ijhinkanlah aku larut dalam alurMU
Karna aku yakin, bahwa alurMU adalah untuk kebaikanku
"" Alur Cerita Ini ""
( Putra Jogja )
Selasa, 16 Desember 2014
Puisi : Goresan Hati
Bertahta sudah resahku
Selaksa kukuh menghuni
singgah sana
Kala hening mencoba menguraikan suratan
Pada lembar yang telah ter tulis
Lamaku telah ter paku dalam kebisuan
Berkecamuk pedih membahana lara
Akan melonjaknya gelora rasa dari dalam kalbu
Kala hadirmu berlalu tanpa sepatah kata
Tergoyah hilang
Akal
Cipta
Rasaku
Hingga ter ombang-ambing tak ber tepi
Dalam luasnya samudera yang keruh
Bercampur air mata seorang kasih akan goresan lukanya
Meskipun kerap ter tuang asa dalam sajak pedih
Namun tak jemu resahku mengaksarakannya
Sesekali derap harap menghilang di
telan waktu
Namun tulus iklhasku menerima semua ini
"" Goresan Hati ""
(Putra Jogja)
Selaksa kukuh menghuni
singgah sana
Kala hening mencoba menguraikan suratan
Pada lembar yang telah ter tulis
Lamaku telah ter paku dalam kebisuan
Berkecamuk pedih membahana lara
Akan melonjaknya gelora rasa dari dalam kalbu
Kala hadirmu berlalu tanpa sepatah kata
Tergoyah hilang
Akal
Cipta
Rasaku
Hingga ter ombang-ambing tak ber tepi
Dalam luasnya samudera yang keruh
Bercampur air mata seorang kasih akan goresan lukanya
Meskipun kerap ter tuang asa dalam sajak pedih
Namun tak jemu resahku mengaksarakannya
Sesekali derap harap menghilang di
telan waktu
Namun tulus iklhasku menerima semua ini
"" Goresan Hati ""
(Putra Jogja)
Senin, 15 Desember 2014
Puisi : Bukan Milikku Lagi
Luasnya tujuh samudera kasih sayangMU
Membuatku lelah dalam mengarunginya
Hingga lirih riuhku kian menyerukan
Lelahku tak ber ujung kepastian
Jujur saja ku akui
Hidupku terasa hampa saat ini
Meskipun hati telah menimang rasa dalam heningnya renta di titian malam
Harapan asaku mampu tuk hancurkan belenggu duka nestapa
Namun semua asaku
telah terpenggal oleh nestapa
Yang kian menjamah dengan nyayian malangnya sang pemuja cinta
Jujur saja ku akui
Meski temaramnya purnama selalu hiasi tepian hati
Namun dawai luka tak mungkin ku pungkiri akan tajamnya belati cinta dalam hati
Yang selalu membuka luka di setiap menitih langkah
Dalam gulirnya sang pemilik waktu
Jujur saja ku akui
Cinta yang indah itu bukan untuk celahnya hati ini
Meskipun canda dan tawanya membuai indah di dalam pelupuk mata
Hingga dengan canggungnya tepian suduku meteskan linangan bening dari samarnya ratapanku
Jujur saja ku akui
Jemari yang halus itu tak lagi terasa dalam jiwaku membentangkan mimpi
Hanya rasa pilu yang ku reguk selama langkah memijak
Kini hatiku tak lagi mendawaikan keindahan rasa
Hanya senandung kematian yang hingar
Hingga kerap gemparkan penjuru penantian panjangku
"" Bukan Milikku Lagi ""
(Putra Jogja)
Membuatku lelah dalam mengarunginya
Hingga lirih riuhku kian menyerukan
Lelahku tak ber ujung kepastian
Jujur saja ku akui
Hidupku terasa hampa saat ini
Meskipun hati telah menimang rasa dalam heningnya renta di titian malam
Harapan asaku mampu tuk hancurkan belenggu duka nestapa
Namun semua asaku
telah terpenggal oleh nestapa
Yang kian menjamah dengan nyayian malangnya sang pemuja cinta
Jujur saja ku akui
Meski temaramnya purnama selalu hiasi tepian hati
Namun dawai luka tak mungkin ku pungkiri akan tajamnya belati cinta dalam hati
Yang selalu membuka luka di setiap menitih langkah
Dalam gulirnya sang pemilik waktu
Jujur saja ku akui
Cinta yang indah itu bukan untuk celahnya hati ini
Meskipun canda dan tawanya membuai indah di dalam pelupuk mata
Hingga dengan canggungnya tepian suduku meteskan linangan bening dari samarnya ratapanku
Jujur saja ku akui
Jemari yang halus itu tak lagi terasa dalam jiwaku membentangkan mimpi
Hanya rasa pilu yang ku reguk selama langkah memijak
Kini hatiku tak lagi mendawaikan keindahan rasa
Hanya senandung kematian yang hingar
Hingga kerap gemparkan penjuru penantian panjangku
"" Bukan Milikku Lagi ""
(Putra Jogja)
Selasa, 09 Desember 2014
Penantianku Berujung Pedih
Saat lintas bayangmu hadir membelai malam
Aku ingin melihat apa yang bersembunyi di balik pekatnya
Namun sampai saat ini jiwaku selalu tersungkur mundur oleh tipu muslihatmu
Karna kau yang ku lihat ada serasa tak ada
Aku telah lama terperangkap dalam luka yang tak bertepi
Aku telah lama terlantar dalam sunyi dan sepinya yang tak bergeming
Hujan yang ku anggapkan dingin menusuk ke relung hati adalah rindu semata
Pelangi yang ku anggapkan indah mewarnai sudut hati adalah rasa sesaat
Embun yang ku anggapkan sejuk menawan sukma adalah resah berkecamuk
Mentari yang ku anggapkan lentera menerang berubah menjadi gerhana nan gelap
Penantianku yang tak pernah berujung ibarat punguk menantikan rembulan
Hanya diam dan diam bagai arca seribu batu
Dan akankah hari-hariku terus seperti ini?
Akankah ceritaku berakhir secepat ini?
Cinta dan sayang menggerogoti semaunya sendiri
Rindu dan benci berlomba ingin menang sendiri
Dan aku pun mulai tak sadar akan peristiwa ini
Karna rasa yang ku anggap madu menjelma racun yang kian menyeretku ke dalam kepedihan yang mendalam
"" Penantianku Berujung Pedih ""
( Putra Jogja )
Aku ingin melihat apa yang bersembunyi di balik pekatnya
Namun sampai saat ini jiwaku selalu tersungkur mundur oleh tipu muslihatmu
Karna kau yang ku lihat ada serasa tak ada
Aku telah lama terperangkap dalam luka yang tak bertepi
Aku telah lama terlantar dalam sunyi dan sepinya yang tak bergeming
Hujan yang ku anggapkan dingin menusuk ke relung hati adalah rindu semata
Pelangi yang ku anggapkan indah mewarnai sudut hati adalah rasa sesaat
Embun yang ku anggapkan sejuk menawan sukma adalah resah berkecamuk
Mentari yang ku anggapkan lentera menerang berubah menjadi gerhana nan gelap
Penantianku yang tak pernah berujung ibarat punguk menantikan rembulan
Hanya diam dan diam bagai arca seribu batu
Dan akankah hari-hariku terus seperti ini?
Akankah ceritaku berakhir secepat ini?
Cinta dan sayang menggerogoti semaunya sendiri
Rindu dan benci berlomba ingin menang sendiri
Dan aku pun mulai tak sadar akan peristiwa ini
Karna rasa yang ku anggap madu menjelma racun yang kian menyeretku ke dalam kepedihan yang mendalam
"" Penantianku Berujung Pedih ""
( Putra Jogja )
Langganan:
Postingan (Atom)