Hendak kemana lagi, kan kubawa luka ini
Sedang pedihnya kian tak sanggup untuk kuselami
Karna semakin dalam rasa itu ku jejaki
Semakin pula aku larut nan hancur bersamanya
Mungkin aku tak sanggup memendam rasa ini
Mungkin jua aku tak mampu menenggelamkan gelora di hati
Namun aku tak pernah menginginkan semua ini
Menahan airmata, menghiba dalam getirnya
Kau jua tahu,
Bahwa aku masih di sini menantimu
Berharap kau kembali di sisiku
Kau hanya biarkan aku dalam penantianmu
Tak jua hadir
Tak jua menyapa
Hampir berapa ribu
Sajakku berujar dalam puisi, sya'ir penantianku
Namun tak pernah sedikitpun hatimu bercelah
Berbisik padaku bahwa kau masih punya hati
Hanya luka yang ku dapat
Dan di kesekian kalinya
Kau slalu buatku menangis
Bersedih, tanpa kau sadari
Aku yang teramat pedih dalam menyayangimu
"" Pedihku Menyayangimu ""
( Putra Jogja )
kaupun telah berlalu meninggalkan cerita cinta, dan akupun hanya bisa terdiam menikmati kenangan pahit pada ujung rekahnya luka yang menganga,,,,, kaupun telah riliskan mahligai itu ke dalam air mata yang kerap menggenangi ruang sepiku. kau juga telah tebarkan asa kedalam imaji khayal yang kerap mengaksarakan kisah cinta seribu malam tentangmu. .... namun kini ,di mana pagi-pagi itu saat kau hadirkan sejuta arti makna sayang!!!!! by KEMBARA HATI
Cari Blog Ini
Sabtu, 31 Januari 2015
Kamis, 29 Januari 2015
Puisi : Kepedihan Yang Mendalam
Jauh sudah kembara dalam lanaku
Hingga kegundahan seakan menjadi keluargaku
Gelap gulita menjadi sandaran lelahku
Jiwaku hampa di selimut pilu
Bahana cinta tinggal buana
Berontak luka tenggelam lara
Bimbang menghiris tak berdaya
Berbisiklah hiba senja kala
Bahwa lukaku masih mengintainya
Duhai laksana bayu,
Sehterukanlah kesah kesuh di jiwaku
Akan hadiah luka yang kian merekah penuh sembilu
Sehingga sadarnya adalah hati yang luka
Jikalau rasa ini adalah kesalahan
Biarlah kan kubesit luka di hati
Hingga suatu masa nanti tak ada lagi air mata
Ataupun kepedihan yang mendalam
"" Kepedihan Yang Mendalam ""
( Putra Jogja )
Hingga kegundahan seakan menjadi keluargaku
Gelap gulita menjadi sandaran lelahku
Jiwaku hampa di selimut pilu
Bahana cinta tinggal buana
Berontak luka tenggelam lara
Bimbang menghiris tak berdaya
Berbisiklah hiba senja kala
Bahwa lukaku masih mengintainya
Duhai laksana bayu,
Sehterukanlah kesah kesuh di jiwaku
Akan hadiah luka yang kian merekah penuh sembilu
Sehingga sadarnya adalah hati yang luka
Jikalau rasa ini adalah kesalahan
Biarlah kan kubesit luka di hati
Hingga suatu masa nanti tak ada lagi air mata
Ataupun kepedihan yang mendalam
"" Kepedihan Yang Mendalam ""
( Putra Jogja )
Rabu, 28 Januari 2015
Puisi : Sadarku
Jika suatu saat nanti
Aku benar-benar pergi
Jangan pernah tanyakan mengapa?
Karna lelahku tak lagi bisa memahamimu
Jika suatu nanti
Rasaku benar-benar sudah mati
Jangan pernah tanyakan kenapa?
Karna sunyinya malam-malamku kian merasuki
Mungkin cintaku bagimu hanyalah sepindar cahaya lilin yang teramat redup menyinari
Namun di setiap do'aku padaNya
Aku slalu meminta, biarlah redupnya lilin ini slalu menyala di hatimu
Kala cahaya terang lainnya mulai padam
Tidakkah berat bukan?
Jika hanya itu permintaanku
Karna sampai detik ini
Namamu masih terlukis dalam hati
Walau ku tahu, siapalah aku ini
"" Sadarku ""
( Putra Jogja )
Aku benar-benar pergi
Jangan pernah tanyakan mengapa?
Karna lelahku tak lagi bisa memahamimu
Jika suatu nanti
Rasaku benar-benar sudah mati
Jangan pernah tanyakan kenapa?
Karna sunyinya malam-malamku kian merasuki
Mungkin cintaku bagimu hanyalah sepindar cahaya lilin yang teramat redup menyinari
Namun di setiap do'aku padaNya
Aku slalu meminta, biarlah redupnya lilin ini slalu menyala di hatimu
Kala cahaya terang lainnya mulai padam
Tidakkah berat bukan?
Jika hanya itu permintaanku
Karna sampai detik ini
Namamu masih terlukis dalam hati
Walau ku tahu, siapalah aku ini
"" Sadarku ""
( Putra Jogja )
Senin, 26 Januari 2015
Puisi : Cinta Yang Tak Lagi Berisyarat
Segenap ratap ter toreh sesaat
Tat kala duka menggema
berbekas
Bahana lara dalam vananya
Dengan beragam mimpi
yang ter selimuti kegelapan
Ketika rasa beranjak pergi
Bathinpun tersiksa mencari
Tentang keberadaanmu
Setibanya di lautan, sepiku mulai mengusik kediaman
Yang selalu membisik
Hanya karna di racun rasa
Mati bernada luka dengan cerita yang meyakitkan
Takkan ada lagi artinya ukiran
Terus apa yang harus di fikir kembali?
Sementara pergimu lenyap dari nyataku
Hanya dalam Kesedihan
ku genggam rasa
Hingga senyumpun telah terkapar
Takkan ada lagi rasa yang bersemi
Takkan ada lagi cinta yang kan tumbuh
Meskipun nada-nada bermelodi
Layaknya hari meniti menyusuri titian-titian mega yang membisu
Dan takkan pernah lagi mampu menguraikan kalimah
Tuhan...
Ijhinkanlah aku menyayanginya
Dengan rasaku yang hanya sekejap mata menerewang
Meskipun cintanya tak lagi ber isyarat
"" Cinta Yang Tak Lagi Berisyarat ""
( Putra Jogja )
Tat kala duka menggema
berbekas
Bahana lara dalam vananya
Dengan beragam mimpi
yang ter selimuti kegelapan
Ketika rasa beranjak pergi
Bathinpun tersiksa mencari
Tentang keberadaanmu
Setibanya di lautan, sepiku mulai mengusik kediaman
Yang selalu membisik
Hanya karna di racun rasa
Mati bernada luka dengan cerita yang meyakitkan
Takkan ada lagi artinya ukiran
Terus apa yang harus di fikir kembali?
Sementara pergimu lenyap dari nyataku
Hanya dalam Kesedihan
ku genggam rasa
Hingga senyumpun telah terkapar
Takkan ada lagi rasa yang bersemi
Takkan ada lagi cinta yang kan tumbuh
Meskipun nada-nada bermelodi
Layaknya hari meniti menyusuri titian-titian mega yang membisu
Dan takkan pernah lagi mampu menguraikan kalimah
Tuhan...
Ijhinkanlah aku menyayanginya
Dengan rasaku yang hanya sekejap mata menerewang
Meskipun cintanya tak lagi ber isyarat
"" Cinta Yang Tak Lagi Berisyarat ""
( Putra Jogja )
Kamis, 22 Januari 2015
Puisi : Cerita Lalu
Belum jua usai ku rangkum cerita lalu
Namun kenapa kau tega merobek naskah kisah itu
Seakan kau tak ingin melihat apa yang pernah ku alami
Saat di mana aku kau tinggalkan
Mengapa mudah kau ucap sudah?
Air mata belum jua kering di pipi
Mengapa mudah kau ucap putus?
Alur belumlah seberapa di hidup
Kau kata,
Kisah ini hanya maya
Kau kata,
Kiasan ini hanya semu semata
Lantas apa yang ada di benakmu?
Rasaku ingin jauh membawa cerita ini
Namun bayangmu slalu membias di setiap ruas simpang jalanku
Hingga hatipun tak pernah sanggup menahan pedihnya
Yang menjalar di setiap nada nadiku
Mungkin aku takkan sanggup melupakanmu
Mungkin jua aku takkan sanggup menahan pedih ini
Karna yang ada hanyalah sakit dan sakit
Saat kau jauh dariku
"" Cerita Lalu ""
( Putra Jogja )
Namun kenapa kau tega merobek naskah kisah itu
Seakan kau tak ingin melihat apa yang pernah ku alami
Saat di mana aku kau tinggalkan
Mengapa mudah kau ucap sudah?
Air mata belum jua kering di pipi
Mengapa mudah kau ucap putus?
Alur belumlah seberapa di hidup
Kau kata,
Kisah ini hanya maya
Kau kata,
Kiasan ini hanya semu semata
Lantas apa yang ada di benakmu?
Rasaku ingin jauh membawa cerita ini
Namun bayangmu slalu membias di setiap ruas simpang jalanku
Hingga hatipun tak pernah sanggup menahan pedihnya
Yang menjalar di setiap nada nadiku
Mungkin aku takkan sanggup melupakanmu
Mungkin jua aku takkan sanggup menahan pedih ini
Karna yang ada hanyalah sakit dan sakit
Saat kau jauh dariku
"" Cerita Lalu ""
( Putra Jogja )
Selasa, 20 Januari 2015
Puisi : Adakah Aku Bersalah
Malam semakin kelam
Kerdip bintang tak jua tiba
Hati semakin tersiksa
Sunyi memapah silam
Arakan awan menyelimut pilu
Gundah gulana membelenggu kalbu
Asa luruh di hempas nista
Prahara cinta berakhir lara
Rindu berkepanjangan tiada arti
Rasa bermunajad tiada pasti
Resah menyulam di atas luka
Meronta jiwa sembilu adanya
Rintih merajut di atas pedih
Menghiba kasih rasa kecewa
Duhai waktu?
Adakah aku bersalah padamu
Hingga waktumu tak jua kunjung berlalu
Lelah, letihku kau belenggukan dalam hidupku
"" Adakah Aku Bersalah ""
( Putra Jogja )
Kerdip bintang tak jua tiba
Hati semakin tersiksa
Sunyi memapah silam
Arakan awan menyelimut pilu
Gundah gulana membelenggu kalbu
Asa luruh di hempas nista
Prahara cinta berakhir lara
Rindu berkepanjangan tiada arti
Rasa bermunajad tiada pasti
Resah menyulam di atas luka
Meronta jiwa sembilu adanya
Rintih merajut di atas pedih
Menghiba kasih rasa kecewa
Duhai waktu?
Adakah aku bersalah padamu
Hingga waktumu tak jua kunjung berlalu
Lelah, letihku kau belenggukan dalam hidupku
"" Adakah Aku Bersalah ""
( Putra Jogja )
Kamis, 15 Januari 2015
Puisi : Kenangan
Lembut tuturmu menyentuh kalbu
Bak sutera kahyangan menyelimuti jiwaku
Lisan ucapmu meruntuhkan bekunya hatiku
Bak samudera menggempur karang di lautan
Kau tahu cinta?
Rasa yang dulu pernah mati
Kembali hidup bagai mimpi
Nadi yang dulu pernah berhenti
Kembali berdenyut bagai berlari
Namun ku tahu cinta,
Kau hanya mimpi sesaatku
Dimana datang dan pergimu
Hanyalah ibarat angin lalu
Berhembus di pusara mayaku
Menghilang tinggalkan sepoimu
Dan kini aku benar-benar merasa sadar
Saat sendiriku di sudut sunyi memapah kenangan kita
"" Kenangan Kita ""
( Putra Jogja )
Bak sutera kahyangan menyelimuti jiwaku
Lisan ucapmu meruntuhkan bekunya hatiku
Bak samudera menggempur karang di lautan
Kau tahu cinta?
Rasa yang dulu pernah mati
Kembali hidup bagai mimpi
Nadi yang dulu pernah berhenti
Kembali berdenyut bagai berlari
Namun ku tahu cinta,
Kau hanya mimpi sesaatku
Dimana datang dan pergimu
Hanyalah ibarat angin lalu
Berhembus di pusara mayaku
Menghilang tinggalkan sepoimu
Dan kini aku benar-benar merasa sadar
Saat sendiriku di sudut sunyi memapah kenangan kita
"" Kenangan Kita ""
( Putra Jogja )
Sabtu, 10 Januari 2015
Puisi : Temaram Purnama
Sekilas saja raut wajahmu terpandang
Serasa surga duniaku sekarang
Entah,
Apakah ini hanyalah sebuah mimpi
Ataukah hidup Ini hanyalah mimpi
Yang teramat panjang
Tuhan,
Jika hidup ini sebuah mimpi
Janganlah kau membangunkan aku
Dari lelapnya mimpiku ini
Karna bahagianya hati tidak akan pernah terulang lagi
Tuhan,
Jika hidup ini adalah sebuah perjalanan
Tuntunlah arah kedua mata kakiku
Agar sampai di dalam ruang singgahnya
Hingga temaram bersama datangnya purnama-purnama malam
"" Temaram Purnama ""
( Putra Jogja )
Serasa surga duniaku sekarang
Entah,
Apakah ini hanyalah sebuah mimpi
Ataukah hidup Ini hanyalah mimpi
Yang teramat panjang
Tuhan,
Jika hidup ini sebuah mimpi
Janganlah kau membangunkan aku
Dari lelapnya mimpiku ini
Karna bahagianya hati tidak akan pernah terulang lagi
Tuhan,
Jika hidup ini adalah sebuah perjalanan
Tuntunlah arah kedua mata kakiku
Agar sampai di dalam ruang singgahnya
Hingga temaram bersama datangnya purnama-purnama malam
"" Temaram Purnama ""
( Putra Jogja )
Jumat, 09 Januari 2015
Puisi : Luka Bertaut Nanar
Ku ukir tanya di benakku
Isyarat fikir yang terukir indah atas namamu
Ku sulam kasih di hatiku
Tersemat harap di jajaran waktu
Wahai sebuah nama
Bisakah kau sekejap mengingatku?
Bisakah kau sekejap mendengarku?
Aku tahu,
Kau masih di situ
Merindukanku dalam waktumu
Menantiku dalam diammu
Menyayangiku dalam bencimu
Kau jua tahu,
Aku masih menyayangkanmu
Aku masih setia menggenggam cintaku
Aku masih selalu menantikanmu
Namun kenapa?
Berulang kali patahkan dahan asmaraku
Hingga tunas cintapun enggan lagi tumbuh di kalbu
Tumbang asapun tak bisa di pungkiri
Kenapa harus hati yang luka?
Kenapa harus jiwa yang merana?
Haruskah aku menyimpanmu dalam-dalam?
Agar rasa ini tenggelam bersamamu
Ataukah aku akhiri saja kisah ini?
Agar kau bisa bahagia dengan insan idamanmu
Ya Tuhan,
Begitu berat rasa ini melepas
Begitu sulit rasa ini menerima
Aku tahu,
Tiadalah sempurna dalam hidupku
Tiadalah sepadan dalam persandingan itu
Namun kenapa?
KAU hadirkan dia untukku?
Aku iklhas jika semua ini kehendakMU
Walau nyatanya luka bertaut nanar yang ada dalam diriku
"" Luka Bertaut Nanar ""
(Putra Jogja)
Isyarat fikir yang terukir indah atas namamu
Ku sulam kasih di hatiku
Tersemat harap di jajaran waktu
Wahai sebuah nama
Bisakah kau sekejap mengingatku?
Bisakah kau sekejap mendengarku?
Aku tahu,
Kau masih di situ
Merindukanku dalam waktumu
Menantiku dalam diammu
Menyayangiku dalam bencimu
Kau jua tahu,
Aku masih menyayangkanmu
Aku masih setia menggenggam cintaku
Aku masih selalu menantikanmu
Namun kenapa?
Berulang kali patahkan dahan asmaraku
Hingga tunas cintapun enggan lagi tumbuh di kalbu
Tumbang asapun tak bisa di pungkiri
Kenapa harus hati yang luka?
Kenapa harus jiwa yang merana?
Haruskah aku menyimpanmu dalam-dalam?
Agar rasa ini tenggelam bersamamu
Ataukah aku akhiri saja kisah ini?
Agar kau bisa bahagia dengan insan idamanmu
Ya Tuhan,
Begitu berat rasa ini melepas
Begitu sulit rasa ini menerima
Aku tahu,
Tiadalah sempurna dalam hidupku
Tiadalah sepadan dalam persandingan itu
Namun kenapa?
KAU hadirkan dia untukku?
Aku iklhas jika semua ini kehendakMU
Walau nyatanya luka bertaut nanar yang ada dalam diriku
"" Luka Bertaut Nanar ""
(Putra Jogja)
Kamis, 01 Januari 2015
Puisi : Pergilah
Terbanglah merpati putihku, rengkuhlah dunia di balik sangkar kasih ini
Masih jauh perjalanan yang menantimu, kepakkanlah sayapmu
Terbanglah, jelajahi luasnya hamparan langit biru
Masih banyak cerita indah yang tengah menantimu disana, di balik kehidupan sangkar nan pengap ini
Di mana kehidupan yang
nyata dan tiada berkiaskan wajah kesemuan
Usah kau hiraukanku yang masih terpaku di relung gelapnya lorong sangkar ini
Gapailah warna cinta mu dimana tiada fatamorgana yang tercermin
Usahlah kau tanya kenapa ?
Kerana kita tlah mengerti jawabnya
Dan aku ingin menatap mu dalam senyuman yang nyata
Senyum kebahagiaan hati dan cintamu di atas hamparan bayang kenyataan
yang tersirat
Pada seberkas cinta
yang tergenggam di relung jiwa ini
Kurela melepaskan sebait impian yang ku tahu tiada kan berujung
Demi hari hari esok yang mesti kau lewati
Di mana seribu kebahagiaan cinta
nyata menantimu
Di mana sejalinan hari-hari indah nyata menunggu tuk kau petik
Kepakkanlah sayap-sayap lentikmu
Terbanglah merambahi langit
nan luas
Kuyakin ada sejatiNya kebahagiaan cintamu yang tengah merindukanmu
Jangan kau tanyakan cinta padaku ?
Jua jangan kau tanyakan mengapa pada jiwa ini ?
Karena kau tlah tahu cinta ini begitu tulus padamu
Jangan kau tanyakan pula tentang mimpi pada ku ?
Karena tlah kuhempaskan semua
impian itu
Demi kebahagiaanmu di hari esok nanti
Terbanglah merpatiku
Membungbung tinggi
Kurela melepasmu kerana rasa cintaku yang begitu dalam padamu
Semuanya hanya menuju satu arah kebahagiaanmu
"" Pergilah ""
( Putra Jogja )
Masih jauh perjalanan yang menantimu, kepakkanlah sayapmu
Terbanglah, jelajahi luasnya hamparan langit biru
Masih banyak cerita indah yang tengah menantimu disana, di balik kehidupan sangkar nan pengap ini
Di mana kehidupan yang
nyata dan tiada berkiaskan wajah kesemuan
Usah kau hiraukanku yang masih terpaku di relung gelapnya lorong sangkar ini
Gapailah warna cinta mu dimana tiada fatamorgana yang tercermin
Usahlah kau tanya kenapa ?
Kerana kita tlah mengerti jawabnya
Dan aku ingin menatap mu dalam senyuman yang nyata
Senyum kebahagiaan hati dan cintamu di atas hamparan bayang kenyataan
yang tersirat
Pada seberkas cinta
yang tergenggam di relung jiwa ini
Kurela melepaskan sebait impian yang ku tahu tiada kan berujung
Demi hari hari esok yang mesti kau lewati
Di mana seribu kebahagiaan cinta
nyata menantimu
Di mana sejalinan hari-hari indah nyata menunggu tuk kau petik
Kepakkanlah sayap-sayap lentikmu
Terbanglah merambahi langit
nan luas
Kuyakin ada sejatiNya kebahagiaan cintamu yang tengah merindukanmu
Jangan kau tanyakan cinta padaku ?
Jua jangan kau tanyakan mengapa pada jiwa ini ?
Karena kau tlah tahu cinta ini begitu tulus padamu
Jangan kau tanyakan pula tentang mimpi pada ku ?
Karena tlah kuhempaskan semua
impian itu
Demi kebahagiaanmu di hari esok nanti
Terbanglah merpatiku
Membungbung tinggi
Kurela melepasmu kerana rasa cintaku yang begitu dalam padamu
Semuanya hanya menuju satu arah kebahagiaanmu
"" Pergilah ""
( Putra Jogja )
Langganan:
Postingan (Atom)