Dentuman guntur menggelar dengan keras
Menyerukan langgam tembang ratapan unggkapan
Para punggawa-punggawa malang
Di dalam rontangnya buana
Hening renta mengarak pilu
Dalam vananya semesta alam
Yang telah menabur duka dalam
Hidup insan di muka bumi
Hanya bisa meratap sendu
Di dalam menitih haluan hidup
Terpenggal asa dalam
pasungan
Teragisnya tatanan alam raya
Duka lara santapan setiap
Detiknya waktu yang bergulir
Dengan tumpahnya darah
Di dalam tanah bumi pertiwi
Torehan pilu di atas lembar
Tinta bercampur tetesan air mata
Merah putih di landa darah
Menjalar perih terangkai
Tanpa tawa , canda dan gurauan
Di penghujung kutub bumi
Sisa nafas menuntun langkah
Sejenak berteduh dalam ufuknya
Yang telah membutakan mata
Sebait puisi terangkai
mengenang
Suramnya suratan takdir ini
Amaran demi amaran dariNYA
Telah mereka resapi dan pahami
Mencoba diri menghibur hati
Menanti suara
syahdu dari
Sang pemilik tahta yang
Singgah di atas sana
Rintihan mendayu duka kalbu
Rebah jiwa musam senyum
Riang tak terjamah mengakhiri
Ratapan sayu dari sebuah
Resah yang membelenggu dalam relung sukma
Tuhan :
Pabila hari ini tertumpah darah
Dalam gersangnya suryaMU
Ku kan belajar menitih haluan
hidup
Di penghujung waktuku
Pabila ribaanMU masih
Tergenggam ku kan pasrah
Di dalam genggaman
jagadMU
"" Sang Pemilik Tahta ""
( Putra Jogja )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar