Semilir angin membuwatku
Selalu hanyut dalam lamunan
Silih berganti sunyi dan ramaiku
Seiring bergulirnya sang waktu
Diamku bagaikan arca dengan
Di penuhi seribu bisu di sela
Sang waktu yang kerap
Mempertandingkan antara
Sepi dan ramaiku
Andai saja
Aku terlahir dari tetesan
Air matamu pasti ku kan selalu
Ada di pipimu hingga matipun
Akan berada di dalam pangkuanmu
Dan seandainya
Engkau terlahir dari tetesan
Air mataku ku kan bendung
Air mataku dengan harapan tak
Akan ada tetesan air mata yang
Akan jatuh dan hilang dari hidupku
Andai saja engkau tahu
Jauh di dalam sudut hatiku masih
Ada sebagian naluriku yang
Sebagian habis termakan masa
Masa yang berbalut keindahanmu
Yang selalu berkata…
Engkaulah duri di dalam sepiku
Hingga sunyipun selalu
Hinggapi malam-malamku
Dengan menyerukan tembang
Merana sang pencinta dalam kesunyian
Yang berkepanjangan
Kalimah demi kalimah telah
Ku lantunkan dan sirat ke dalam puisi
Kesedihan meskipun tak seindah
Karya puisi ternama yang selalu
Kau puja selama ini
Semoga dengan aksara ini
Engkau akan tahu pahit dan
Getirnya rasa ini
Sunyi dan sepinya hati ini
Saat tak berada di dekatmu
Sang jelita
"" Engkaulah Duri Dalam Sepiku ""
(Putra Jogja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar