Ijhinkan aku sekali lagi
Walau aku tahu ini takkan berarti untukmu
Namun aku berharap kau mau membacanya kembali untuk yang terakhir kalinya
Karna aku sudah tak tau lagi, bagaimana caranya agar kau mau mengertikanku
Teruntukmu yang jauh di sana
Siang, malam aku slalu berharap
Agar kau bisa mendengar kesah di jiwa
Di mana rasa menggeluti setiap sudut malam yang menyekap
Kau tau cinta?
Aku tak pernah berharap untuk memilikimu
Aku tak pernah berharap untuk kau sayangi
Karna semua itu adalah suatu yang terlalu berlebihan untukku
Aku tau,
Bahwa aku tak berarti untukmu
Aku jua tau,
Bahwa aku takkan pernah bisa menggenggam jemarimu
Mungkin aku hanya angin bagimu
Sesaat kau hirup lalu kau hembuskan
Mungkin jua aku hanya rentetan buram di berandamu
Sesaat kau baca lalu kau hapus dari pandanganmu
Aku yang takkan pernah bisa menghiasi dinding hatimu
Aku yang takkan pernah bisa mewarnai harimu
Namun lewat sajak puisiku ini, aku berharap kau bisa mengertikan perasaanku
Walau hanya sebatas mata memandang tanpa makna
"" Sajak Cintaku ""
( Putra Jogja )
kaupun telah berlalu meninggalkan cerita cinta, dan akupun hanya bisa terdiam menikmati kenangan pahit pada ujung rekahnya luka yang menganga,,,,, kaupun telah riliskan mahligai itu ke dalam air mata yang kerap menggenangi ruang sepiku. kau juga telah tebarkan asa kedalam imaji khayal yang kerap mengaksarakan kisah cinta seribu malam tentangmu. .... namun kini ,di mana pagi-pagi itu saat kau hadirkan sejuta arti makna sayang!!!!! by KEMBARA HATI
Cari Blog Ini
Senin, 07 Desember 2015
Sabtu, 14 November 2015
Sajak Harapku
Malam,
Bolehkah aku kembali melukismu?
Meriasmu dalam suratan cinta tersuciku
Menyimpanmu di antara tatanan hatiku
Kiranya lelah kau sibakkan
Kan ku intai tiap tirai peraduanmu
Menyisirmu dalam gulirnya waktu
Mendakwamu dengan seribu do'aku padaNya
Semoga bertahta di sepanjang masa
Tak ada lagi kata lelah dan luka
Karna kau peneduh segala resah gulananya
Bahagianya dalam hati
Sajak Harapku
( Putra Jogja )
Bolehkah aku kembali melukismu?
Meriasmu dalam suratan cinta tersuciku
Menyimpanmu di antara tatanan hatiku
Kiranya lelah kau sibakkan
Kan ku intai tiap tirai peraduanmu
Menyisirmu dalam gulirnya waktu
Mendakwamu dengan seribu do'aku padaNya
Semoga bertahta di sepanjang masa
Tak ada lagi kata lelah dan luka
Karna kau peneduh segala resah gulananya
Bahagianya dalam hati
Sajak Harapku
( Putra Jogja )
Puisi : Luka Di Hatiku
Bagaimana mungkin aku bisa menghiasi dinding hatimu?
Sedang kau sendiri telah tau
Bahwa tinta dalam hidupku telah lama membeku
Seiring pedihnya luka yang bertaut di sepanjang waktuku
Kau tau cinta?
Aku sering bertanya tentang arti cinta itu
Aku sering berfikir untuk memecahkan semua itu
Namun sayang, aku slalu di landa pilu yang tak tau darimana asalnya
Jiwaku kembali tersungkur dalam kebisuan malam
Sunyi, sepinya menghimpit kalbu
Waktu yang enggan tuk menjawabnya
Tangis, airmata kembali menoreh luka di hatiku
Luka Di Hatiku
( Putra Jogja )
Sedang kau sendiri telah tau
Bahwa tinta dalam hidupku telah lama membeku
Seiring pedihnya luka yang bertaut di sepanjang waktuku
Kau tau cinta?
Aku sering bertanya tentang arti cinta itu
Aku sering berfikir untuk memecahkan semua itu
Namun sayang, aku slalu di landa pilu yang tak tau darimana asalnya
Jiwaku kembali tersungkur dalam kebisuan malam
Sunyi, sepinya menghimpit kalbu
Waktu yang enggan tuk menjawabnya
Tangis, airmata kembali menoreh luka di hatiku
Luka Di Hatiku
( Putra Jogja )
Kamis, 22 Oktober 2015
Puisi : Akulah Luka Itu
Saat aku mendengar nada suaramu
Aku sempat berfikir untuk membawa pergi jauh rasa ini darimu
Hingga aku merasa bosan dengan sendiriku
Namun aku tak pernah mampu untuk menghalang rindumu
Tidak,
Sebisa mungkin aku harus bisa menghalangnya
Tutur kata itu masih terekam dalam ingatanku
Menjadikan diri tiada berarti di mata
"" Namamu tidak tercatat dalam diary cintaku""
Rentetan kata itu yang kau ucapkan untukku
Aku masih mengingatnya di sepanjang hariku
Menyaringnya dalam setiap datangnya aral kegundahanku
Aku semakin sakit mengingatnya
Kau ucap sayang bagai layang-layang
Kau ucap cinta bagai hiburan di tengah-tengah kepedihanku
Dan kau tau?
Akulah luka itu, di mana rintih menangis membalut sepi
Akulah Luka Itu,,,
( Putra Jogja )
Aku sempat berfikir untuk membawa pergi jauh rasa ini darimu
Hingga aku merasa bosan dengan sendiriku
Namun aku tak pernah mampu untuk menghalang rindumu
Tidak,
Sebisa mungkin aku harus bisa menghalangnya
Tutur kata itu masih terekam dalam ingatanku
Menjadikan diri tiada berarti di mata
"" Namamu tidak tercatat dalam diary cintaku""
Rentetan kata itu yang kau ucapkan untukku
Aku masih mengingatnya di sepanjang hariku
Menyaringnya dalam setiap datangnya aral kegundahanku
Aku semakin sakit mengingatnya
Kau ucap sayang bagai layang-layang
Kau ucap cinta bagai hiburan di tengah-tengah kepedihanku
Dan kau tau?
Akulah luka itu, di mana rintih menangis membalut sepi
Akulah Luka Itu,,,
( Putra Jogja )
Rabu, 21 Oktober 2015
Puisi : Rindu
Saat kau hadir dalam kehidupanku
Memasuki tiap inci ruang kediamanku
Menghiasi tiap dinding buramku
Melukiskan indahnya mimpi di telaga hatiku
Dan saat itulah aku mulai mengerti akan adanya kasih sayangmu
Berulang kali kau hadirkan senyum untukku
Berulang kali kau hadirkan tawa untukku
Berulang kali kau hadirkan canda untukku
Dan jua kau hadirkan cinta untukku
Dalam hatiku menangis tersedu
Bahagia yang tak pernah terkira olehku
Hadirmu membuatku bahagia slalu
Walau kau hanya sesaat bagiku
Lalu pergi meninggalkanku dalam kesendirianku
Dan itu yang aku rasakan saat ini
Saat di mana aku harus menjalani hari demi hari
Dengan sendiri, sunyi, sepi
Tanpamu di sisiku lagi
Namun aku bahagia saat aku bisa mengingatmu
Walau rintih bathinku menjerit tertindih kerinduan
Rindu,,,
( Putra Jogja )
Memasuki tiap inci ruang kediamanku
Menghiasi tiap dinding buramku
Melukiskan indahnya mimpi di telaga hatiku
Dan saat itulah aku mulai mengerti akan adanya kasih sayangmu
Berulang kali kau hadirkan senyum untukku
Berulang kali kau hadirkan tawa untukku
Berulang kali kau hadirkan canda untukku
Dan jua kau hadirkan cinta untukku
Dalam hatiku menangis tersedu
Bahagia yang tak pernah terkira olehku
Hadirmu membuatku bahagia slalu
Walau kau hanya sesaat bagiku
Lalu pergi meninggalkanku dalam kesendirianku
Dan itu yang aku rasakan saat ini
Saat di mana aku harus menjalani hari demi hari
Dengan sendiri, sunyi, sepi
Tanpamu di sisiku lagi
Namun aku bahagia saat aku bisa mengingatmu
Walau rintih bathinku menjerit tertindih kerinduan
Rindu,,,
( Putra Jogja )
Selasa, 20 Oktober 2015
Puisi : Sirna
Sudah selayaknya pinta dan harapku terbenam di dasar nurani
Melebur bersama kepedihan hati
Air mata di sepanjang kelukaan nan mati
Sebuah tanya yang enggan menjawab rasa
Sebuah nama yang elok, menawan di sepanjang masa
Pabila hadirku di dalam hidupmu membuatmu terasa tak nyaman
Maka maafkanlah kehadiranku
Pabila tumbuhnya rasa membuatmu terasa terusik
Maka aku akan berusaha memendamnya
Namun,
Pabila aku tak mampu memendamnya
Maka ijhinkanlah aku tuk slalu mengenangmu
Walau semua kefatamorganaan membuatmu takkan pernah menyadari
Tentang adanya rasa yang terasingkan
Jujur saja ku akui,
Lirih hati takkan mampu melontarkan sepatah kata
Layaknya kata perpisahan kepada pertemuan
Tak ada lagi kalimah yang mampu terlantunkan
Melainkan bisikkan kecil yang terpancar dalam ratapan kelopak mata yang mengiringi senandung kidung senduku
Dalam hati telah mengucap janji
Pabila tak ter sandar dalam temaramNya
Mungkin bukan anganku
Melainkan karamnya kapalku dalam luasnya samudera kasih sayang yang tak bertepi
Sirna,,,
( Putra Jogja )
Melebur bersama kepedihan hati
Air mata di sepanjang kelukaan nan mati
Sebuah tanya yang enggan menjawab rasa
Sebuah nama yang elok, menawan di sepanjang masa
Pabila hadirku di dalam hidupmu membuatmu terasa tak nyaman
Maka maafkanlah kehadiranku
Pabila tumbuhnya rasa membuatmu terasa terusik
Maka aku akan berusaha memendamnya
Namun,
Pabila aku tak mampu memendamnya
Maka ijhinkanlah aku tuk slalu mengenangmu
Walau semua kefatamorganaan membuatmu takkan pernah menyadari
Tentang adanya rasa yang terasingkan
Jujur saja ku akui,
Lirih hati takkan mampu melontarkan sepatah kata
Layaknya kata perpisahan kepada pertemuan
Tak ada lagi kalimah yang mampu terlantunkan
Melainkan bisikkan kecil yang terpancar dalam ratapan kelopak mata yang mengiringi senandung kidung senduku
Dalam hati telah mengucap janji
Pabila tak ter sandar dalam temaramNya
Mungkin bukan anganku
Melainkan karamnya kapalku dalam luasnya samudera kasih sayang yang tak bertepi
Sirna,,,
( Putra Jogja )
Kamis, 15 Oktober 2015
Puisi : Cerita Lalu
Setiap kali aku melihatmu
Serasa kelu lidahku menyapamu
Setiap kali aku mendengar tutur sapamu
Serasa jiwaku terhempas di sudut khayal anganmu
Rasa,
Begitu sulitnya aku memendammu
Begitu beratnya aku memikulmu
Kerap aku sekarat di buatmu
Kerling nada-nadiku mengalun pilu
Rasa,
Kenapa harus ada untukku?
Kenapa harus tertuju untukmu?
Haruskah aku berlari menjauhimu?
Haruskah aku simpan dalam diamku?
Biarlah waktu yang kan berlalu
Menentukan masa di sebaris cerita hatiku
Meski berulang kali air mataku menyebut namamu
Rasa yang takkan pernah menjelma nyata di hidupku
Hanya nama dan cerita kita yang lalu
"" Cerita Lalu ""
( Putra Jogja )
Serasa kelu lidahku menyapamu
Setiap kali aku mendengar tutur sapamu
Serasa jiwaku terhempas di sudut khayal anganmu
Rasa,
Begitu sulitnya aku memendammu
Begitu beratnya aku memikulmu
Kerap aku sekarat di buatmu
Kerling nada-nadiku mengalun pilu
Rasa,
Kenapa harus ada untukku?
Kenapa harus tertuju untukmu?
Haruskah aku berlari menjauhimu?
Haruskah aku simpan dalam diamku?
Biarlah waktu yang kan berlalu
Menentukan masa di sebaris cerita hatiku
Meski berulang kali air mataku menyebut namamu
Rasa yang takkan pernah menjelma nyata di hidupku
Hanya nama dan cerita kita yang lalu
"" Cerita Lalu ""
( Putra Jogja )
Sabtu, 29 Agustus 2015
Puisi : Kenangan
Malam ini aku kembali lagi melukismu
Menulis namamu di setiap bait kata puisiku
Merangkum cerita tentangmu yang telah berlalu
Sesekali aku memanggilmu dalam hatiku
Hanya hampa yang kurasa
Hanya pedih yang kuterima
Namun kenapa kau slalu menjelma?
Mengitari setiap sudut di netra
Apakah kau ingin mengejekku?
Apakah kau ingin menghinaku?
Menertawakanku dalam kelukaanku
Menenggelamkanku dalam lautan asmaramu
Kau tau,
Aku telah terluka
Kau tau,
Aku telah tersakiti
Kau jua tau,
Aku tertusuk sembilu
Lantas kenapa kau lakukan semua ini?
Kau buat aku seolah tiada hati yang pedih
Kau buat aku seolah tiada bersalah
Kau jua buat aku seolah tidak mengerti
Aku tau,
Kau sudah bersanding
Aku tau,
Kau sudah bermimpi
Aku jua tau
Kau sudah berbahagia
Biarlah,
Kenangan ini ku simpan dalam memoriku
Kelak suatu masa nanti akan ku tinggalkan di hentian waktu
Hingga gulirnya mengembalikan waktu yang pernah ada
Antara kau dan aku
"" Kenangan ""
( Putra Jogja )
Menulis namamu di setiap bait kata puisiku
Merangkum cerita tentangmu yang telah berlalu
Sesekali aku memanggilmu dalam hatiku
Hanya hampa yang kurasa
Hanya pedih yang kuterima
Namun kenapa kau slalu menjelma?
Mengitari setiap sudut di netra
Apakah kau ingin mengejekku?
Apakah kau ingin menghinaku?
Menertawakanku dalam kelukaanku
Menenggelamkanku dalam lautan asmaramu
Kau tau,
Aku telah terluka
Kau tau,
Aku telah tersakiti
Kau jua tau,
Aku tertusuk sembilu
Lantas kenapa kau lakukan semua ini?
Kau buat aku seolah tiada hati yang pedih
Kau buat aku seolah tiada bersalah
Kau jua buat aku seolah tidak mengerti
Aku tau,
Kau sudah bersanding
Aku tau,
Kau sudah bermimpi
Aku jua tau
Kau sudah berbahagia
Biarlah,
Kenangan ini ku simpan dalam memoriku
Kelak suatu masa nanti akan ku tinggalkan di hentian waktu
Hingga gulirnya mengembalikan waktu yang pernah ada
Antara kau dan aku
"" Kenangan ""
( Putra Jogja )
Senin, 24 Agustus 2015
Puisi : Rindu Untukmu
Setiap kali aku melihat postmu
Aku ingin sesekali menyapamu
Namun apa yang hendak ku tanyakan padamu?
Menulis namamu saja aku tak lagi mampu
Aku melihatmu
Tapi kau tak melihatku
Aku mengagumkanmu
Tapi kau tak menganggapku
Andai aku mampu
Mengubah sudut pandang di bola matamu
Aku ingin kau melihatku sekejap saja
Mengertikanku sesaat saja
Menganggapku sekata saja
Namun itu mustahil
Kau terlalu cerah untuk mewarnai hari-hariku
Kau terlalu indah untuk menghiasi hatiku
Dan kau juga terlalu mempesonakan jiwaku
Mungkin aku takkan bisa menyampaikan perasaanku yang sesungguhnya terhadapmu
Mungkin juga aku takkan sempat menanyakan tentang perasaanmu
Karna setiap gerimis bertamu di jendela rumahku slalu mengajarku berkali-kali
Bahwa cinta yang tulus adalah kasih sayang tanpa pamrih
Pada akhirnya aku hanya terdiam
Memendam rasa yang mungkin takkan pernah mati
Menyimpan cinta menghias sepi
Sesekali ku menulis puisi untukmu sebagai pelipur lara di hati
"" Puisi Rindu Untukmu ""
( Putra Jogja )
Aku ingin sesekali menyapamu
Namun apa yang hendak ku tanyakan padamu?
Menulis namamu saja aku tak lagi mampu
Aku melihatmu
Tapi kau tak melihatku
Aku mengagumkanmu
Tapi kau tak menganggapku
Andai aku mampu
Mengubah sudut pandang di bola matamu
Aku ingin kau melihatku sekejap saja
Mengertikanku sesaat saja
Menganggapku sekata saja
Namun itu mustahil
Kau terlalu cerah untuk mewarnai hari-hariku
Kau terlalu indah untuk menghiasi hatiku
Dan kau juga terlalu mempesonakan jiwaku
Mungkin aku takkan bisa menyampaikan perasaanku yang sesungguhnya terhadapmu
Mungkin juga aku takkan sempat menanyakan tentang perasaanmu
Karna setiap gerimis bertamu di jendela rumahku slalu mengajarku berkali-kali
Bahwa cinta yang tulus adalah kasih sayang tanpa pamrih
Pada akhirnya aku hanya terdiam
Memendam rasa yang mungkin takkan pernah mati
Menyimpan cinta menghias sepi
Sesekali ku menulis puisi untukmu sebagai pelipur lara di hati
"" Puisi Rindu Untukmu ""
( Putra Jogja )
Minggu, 09 Agustus 2015
Puisi : Rasa Yang Terpendam
Setiap kali aku melihatmu
Menatapmu dalam bingkai khayalku
Memahatmu di balik dinding bisu
Sesekali aku menulis namamu dalam setiap bait-bait puisiku
Mungkin ini terlihat sangat berlebihan
Bagiku tidak sama sekali
Karna setiap kali aku membuka postmu
Aku slalu merasa bahagia
Walau di sisi lain ada sebagian rasa yang memilukan di hatiku
Dear,
Aku tau, aku salah mengenalmu
Aku tau, aku tak pantas memujamu
Aku tau, aku tak berhak menyayangimu
Dan aku sadar, bahwa aku tak pantas mengharapkanmu
Dear,
Aku slalu mencoba tersenyum untukmu
Menahan pedih yang menjalar di sendi
Aku slalu mencoba menerima kenyataan darimu
Menyembunyikan perasaanku di kedalaman hati
Dear,
Aku tak ingin kau tau
Karna kaupun pasti takkan tau
Biarlah cukup aku, hatiku saja yang tau
Dan sampai tiba masanya nanti
Di mana akan adanya masa yang mendatang
Dengan ruang, waktu yang berbeda
"" Rasa Yang Terpendam ""
( Putra Jogja )
Menatapmu dalam bingkai khayalku
Memahatmu di balik dinding bisu
Sesekali aku menulis namamu dalam setiap bait-bait puisiku
Mungkin ini terlihat sangat berlebihan
Bagiku tidak sama sekali
Karna setiap kali aku membuka postmu
Aku slalu merasa bahagia
Walau di sisi lain ada sebagian rasa yang memilukan di hatiku
Dear,
Aku tau, aku salah mengenalmu
Aku tau, aku tak pantas memujamu
Aku tau, aku tak berhak menyayangimu
Dan aku sadar, bahwa aku tak pantas mengharapkanmu
Dear,
Aku slalu mencoba tersenyum untukmu
Menahan pedih yang menjalar di sendi
Aku slalu mencoba menerima kenyataan darimu
Menyembunyikan perasaanku di kedalaman hati
Dear,
Aku tak ingin kau tau
Karna kaupun pasti takkan tau
Biarlah cukup aku, hatiku saja yang tau
Dan sampai tiba masanya nanti
Di mana akan adanya masa yang mendatang
Dengan ruang, waktu yang berbeda
"" Rasa Yang Terpendam ""
( Putra Jogja )
Kamis, 06 Agustus 2015
Puisi : Hati
Seiring hujan yang membasahi halaman rumahku
Satu persatu dedaunan itu berjatuhan di depan mataku
Sehingga akupun tersadar dalam lamunanku
Seperti inikah kehidupan yang akan aku lalui?
Tanyaku dalam hati
Hingga akhirnya aku benar-benar sadar
Aku tlah kehilanganmu
Aku tlah tertinggal jauh oleh jejakmu
Hampa yang kurasa tiada berlalu
Ranting tinggallah ranting
Hati tinggallah hati
Dan sebuah kata takkan bermakna
Walau sejuta nada cinta menabuh kalbu
"" Hati Tinggallah Hati ""
( Putra Jogja )
Satu persatu dedaunan itu berjatuhan di depan mataku
Sehingga akupun tersadar dalam lamunanku
Seperti inikah kehidupan yang akan aku lalui?
Tanyaku dalam hati
Hingga akhirnya aku benar-benar sadar
Aku tlah kehilanganmu
Aku tlah tertinggal jauh oleh jejakmu
Hampa yang kurasa tiada berlalu
Ranting tinggallah ranting
Hati tinggallah hati
Dan sebuah kata takkan bermakna
Walau sejuta nada cinta menabuh kalbu
"" Hati Tinggallah Hati ""
( Putra Jogja )
Rabu, 05 Agustus 2015
Puisi : Belenggu Cinta
Di penghujung senja sore ini
Langitku kembali kelam tak berseri
Hatiku resah di himpit sunyi
Menangispun sudah tiada arti
Kenapa aku harus mengingatmu?
Kenapa sulit untuk melupakanmu?
Kenapa aku harus menyimpanmu?
Kenapa sulit untuk menghapusmu?
Kata demi kata itu slalu bermunculan
Seakan berlomba mencari jawabnya
Namun sampai sekarang tak ada jawabnya
Hanya tangis, air mata yang merambahi setiap detik lalumu
Entah,
Harus sampai kapan aku berada dalam belenggu cintamu?
Harus sampai kapan aku berada dalam gelora rasamu?
Teruntukmu yang jauh di sana
Sebaris do'a teriring salam rinduku
Semoga cinta slalu mendakwamu dengan indah
Dan semoga aku bisa melupakanmu
Meski pedih merajah di hatiku
"" Belenggu Cinta ""
( Putra Jogja )
Langitku kembali kelam tak berseri
Hatiku resah di himpit sunyi
Menangispun sudah tiada arti
Kenapa aku harus mengingatmu?
Kenapa sulit untuk melupakanmu?
Kenapa aku harus menyimpanmu?
Kenapa sulit untuk menghapusmu?
Kata demi kata itu slalu bermunculan
Seakan berlomba mencari jawabnya
Namun sampai sekarang tak ada jawabnya
Hanya tangis, air mata yang merambahi setiap detik lalumu
Entah,
Harus sampai kapan aku berada dalam belenggu cintamu?
Harus sampai kapan aku berada dalam gelora rasamu?
Teruntukmu yang jauh di sana
Sebaris do'a teriring salam rinduku
Semoga cinta slalu mendakwamu dengan indah
Dan semoga aku bisa melupakanmu
Meski pedih merajah di hatiku
"" Belenggu Cinta ""
( Putra Jogja )
Unto My Poem Said
Unto my poem said
When you come in my life I feel the love
I've never actually tasted
But when you leave me alone
This pain is so difficult to heal
So I always cry when remember back
Love,
If you are happy with it I am very happy too
Although careful incision dagger in love
Love,
With this poem let me tell you
That happy I've known you
If one day I had to go away from you
It is because they have the will heart
And let this poem represents my feelings last time I remember you
I say goodbye,
I hope you happy always
By, Putra Jogja
When you come in my life I feel the love
I've never actually tasted
But when you leave me alone
This pain is so difficult to heal
So I always cry when remember back
Love,
If you are happy with it I am very happy too
Although careful incision dagger in love
Love,
With this poem let me tell you
That happy I've known you
If one day I had to go away from you
It is because they have the will heart
And let this poem represents my feelings last time I remember you
I say goodbye,
I hope you happy always
By, Putra Jogja
Sabtu, 01 Agustus 2015
Kamuflase
Saat gemuruh angin berhembusan di sampingku
Gelora cinta kembali menggempur kalbu
Sedu sedan yang dahulu pernah kurasa mulai kembali mengusikku
Getar rindupun mulai menggoyah relung hatiku
Kasih,
Maafkanlah aku, yang harus melukismu lagi
Karna waktu tak jua kunjung menghapus namamu dari dalam hidupku
Hingga yang ada hanyalah rindu tak bertuju
Kasih,
Maafkanlah aku, yang harus kembali lagi mempuisikanmu di setiap jejaring sosial
Karna aku tak tahu lagi, kapan, di mana bisa menemuimu
Sedang wartamu kian tak berwancana
Jikalaupun aku tak lagi bisa menatapmu
Lewat puisi ini, aku ingin menyapamu
Mengenangmu di setiap patahan kata rindu
Menyimpanmu dalam bekunya hatiku
Hingga aku bisa slalu bersamu, walau hanya dari dalam ilusiku
"" Kamuflase ""
( Putra Jogja )
Gelora cinta kembali menggempur kalbu
Sedu sedan yang dahulu pernah kurasa mulai kembali mengusikku
Getar rindupun mulai menggoyah relung hatiku
Kasih,
Maafkanlah aku, yang harus melukismu lagi
Karna waktu tak jua kunjung menghapus namamu dari dalam hidupku
Hingga yang ada hanyalah rindu tak bertuju
Kasih,
Maafkanlah aku, yang harus kembali lagi mempuisikanmu di setiap jejaring sosial
Karna aku tak tahu lagi, kapan, di mana bisa menemuimu
Sedang wartamu kian tak berwancana
Jikalaupun aku tak lagi bisa menatapmu
Lewat puisi ini, aku ingin menyapamu
Mengenangmu di setiap patahan kata rindu
Menyimpanmu dalam bekunya hatiku
Hingga aku bisa slalu bersamu, walau hanya dari dalam ilusiku
"" Kamuflase ""
( Putra Jogja )
Rabu, 29 Juli 2015
Puisi : Rasa Yang Tertinggal
Pada wajah malam
Bias kasih kembali memintal muram
Perlahan gerimis menguak kelam
Binar rinai mendayu sendu nan tenggelam
Durjana melaknat cerita yang silam
Patahan suatu kata tak lagi bertuah
Pindar di hati redup bagai tak bersinar
Beningnya air mata menjelma darah
Beribu sajak puisi tertoreh di ujung resah
Hanya ratap menatap dalam ruang hampa
Wahai malam
Benarkah aku telah sendiri?
Benarkah aku telah tertinggal oleh rasa?
Benarkah pula aku telah terasingkan?
Jika memang itu benar, dekaplah aku dalam sunyi dan sepimu yang tak terkira
"" Rasa Yang Tertinggal ""
( Putra Jogja )
Bias kasih kembali memintal muram
Perlahan gerimis menguak kelam
Binar rinai mendayu sendu nan tenggelam
Durjana melaknat cerita yang silam
Patahan suatu kata tak lagi bertuah
Pindar di hati redup bagai tak bersinar
Beningnya air mata menjelma darah
Beribu sajak puisi tertoreh di ujung resah
Hanya ratap menatap dalam ruang hampa
Wahai malam
Benarkah aku telah sendiri?
Benarkah aku telah tertinggal oleh rasa?
Benarkah pula aku telah terasingkan?
Jika memang itu benar, dekaplah aku dalam sunyi dan sepimu yang tak terkira
"" Rasa Yang Tertinggal ""
( Putra Jogja )
Sabtu, 25 Juli 2015
Puisi : Nada Sendu
Setibanya malam yang kian gelap gulita
Sunyi, sepiku mengadu di titian sang cipta
Namun keluh kesahku tiada pernah kunjung tereda
Nada sendu di kalbupun kian enggan tuk bernuansa
Adakah kau tau?
Selama detik yang waktu itu berlalu
Selama hari yang waktu itu bertamu
Sebuah rasa yang hadir di dalam relung kalbu
Menjadikan hati istana, antara kau dan aku
Aku slalu bertanya-tanya?
Kenapa harus ada pertemuan?
Kenapa harus ada rasa yang berlebihan?
Kenapa harus saling berkenalan?
Dan kenapa pula harus ada cinta?
Berujar kataku beribu pedih menyiksa
Batin meronta berselempang luka
Merintih sepi membalut jiwa
Menepi sendiri menimang lara
Akankah aku sanggup menyimpanmu?
Akankah aku sanggup membingkaimu?
Ataukah aku akan slalu menunggumu?
Walau luka yang ku tahu kian mendera pilu
"" Nada Sendu ""
( Putra Jogja )
Sunyi, sepiku mengadu di titian sang cipta
Namun keluh kesahku tiada pernah kunjung tereda
Nada sendu di kalbupun kian enggan tuk bernuansa
Adakah kau tau?
Selama detik yang waktu itu berlalu
Selama hari yang waktu itu bertamu
Sebuah rasa yang hadir di dalam relung kalbu
Menjadikan hati istana, antara kau dan aku
Aku slalu bertanya-tanya?
Kenapa harus ada pertemuan?
Kenapa harus ada rasa yang berlebihan?
Kenapa harus saling berkenalan?
Dan kenapa pula harus ada cinta?
Berujar kataku beribu pedih menyiksa
Batin meronta berselempang luka
Merintih sepi membalut jiwa
Menepi sendiri menimang lara
Akankah aku sanggup menyimpanmu?
Akankah aku sanggup membingkaimu?
Ataukah aku akan slalu menunggumu?
Walau luka yang ku tahu kian mendera pilu
"" Nada Sendu ""
( Putra Jogja )
Jumat, 19 Juni 2015
Cerita Hati
Sudah cukup aku mengertikan kalian
Sudah cukup aku bersabar dengan kalian
Sudah pula cukup aku menghargai kalian
Tapi apa????????????????????????????
Aku tiada halnya sebuah debu jalanan
Tersapu angin tanpa haluan
Aku tiada halnya sebuah kesilafan
Tersudut dalam larutnya kekelaman
Kini,
Biarkanlah aku dalam kesendirian ini
Tanpa harus kalian mengerti
Karna mungkin ini memang sudah menjadi suratan diri
Walau aku sendiri takkan pernah meminta takdir ini
Usah lagi kalian menanyakanku
Usah pula kalian mengingatku
Karna kalian sendiri sudah tau jawabku
Aku yang telah lama berada dalam kegelapanku
Aku yang telah lama berselimut duka nestapa
Dan aku yang slalu berusaha tuk menjadi sosok yang bermakna
Namun sayang,
Kalian slalu menyudutkanku
Kalian slalu mengacuhkanku
Kalian slalu membuatku berada dalam airmata penuh amarah
Mungkin inilah jalanku
Dimana aku harus menjalani kehidupanku
Tanpa ikatan ataupun sarikat yang berlaku
Dan aku akan slalu berusaha hidup untuk diriku
Semoga aku bisa melupakan cerita hati ini
"" Cerita Hatiku ""
( Putra Jogja)
Sudah cukup aku bersabar dengan kalian
Sudah pula cukup aku menghargai kalian
Tapi apa????????????????????????????
Aku tiada halnya sebuah debu jalanan
Tersapu angin tanpa haluan
Aku tiada halnya sebuah kesilafan
Tersudut dalam larutnya kekelaman
Kini,
Biarkanlah aku dalam kesendirian ini
Tanpa harus kalian mengerti
Karna mungkin ini memang sudah menjadi suratan diri
Walau aku sendiri takkan pernah meminta takdir ini
Usah lagi kalian menanyakanku
Usah pula kalian mengingatku
Karna kalian sendiri sudah tau jawabku
Aku yang telah lama berada dalam kegelapanku
Aku yang telah lama berselimut duka nestapa
Dan aku yang slalu berusaha tuk menjadi sosok yang bermakna
Namun sayang,
Kalian slalu menyudutkanku
Kalian slalu mengacuhkanku
Kalian slalu membuatku berada dalam airmata penuh amarah
Mungkin inilah jalanku
Dimana aku harus menjalani kehidupanku
Tanpa ikatan ataupun sarikat yang berlaku
Dan aku akan slalu berusaha hidup untuk diriku
Semoga aku bisa melupakan cerita hati ini
"" Cerita Hatiku ""
( Putra Jogja)
Senin, 04 Mei 2015
Puisi : Rindu Yang Terlarang
Jika rindu adalah suatu larangan
Hapuskanlah rasa di dadaku ini
Tak sanggup aku menahannya
Semakin lama aku semakin lara
Jika rindu adalah suatu larangan
Jauhkanlah aku dari mimpi tentangnya
Tak sanggup aku di buai cinta darinya
Semakin pedih menusuk kediaman
Jika rindu adalah suatu larangan
Biarkan aku tertawan dalam jeruji nestapa
Tak sanggup aku berpaling darinya
Semakin jauh semakin berat melupakannya
Jika rindu adalah suatu larangan
Kan ku coba menerima
Tak sanggup aku menghindar
Semakin dalam rasa yang ku pendam
Mungkin ada benarnya
Bahwa rinduku adalah suatu larangan
Namun aku slalu berharap
Bahwa suatu saat nanti
Aku bisa mengubur semua hasrat yang ada
Di mana hanya akan ada satu kisah tentang rindu yang terlarang
Rindu Yang Terlarang
( Putra Jogja )
Hapuskanlah rasa di dadaku ini
Tak sanggup aku menahannya
Semakin lama aku semakin lara
Jika rindu adalah suatu larangan
Jauhkanlah aku dari mimpi tentangnya
Tak sanggup aku di buai cinta darinya
Semakin pedih menusuk kediaman
Jika rindu adalah suatu larangan
Biarkan aku tertawan dalam jeruji nestapa
Tak sanggup aku berpaling darinya
Semakin jauh semakin berat melupakannya
Jika rindu adalah suatu larangan
Kan ku coba menerima
Tak sanggup aku menghindar
Semakin dalam rasa yang ku pendam
Mungkin ada benarnya
Bahwa rinduku adalah suatu larangan
Namun aku slalu berharap
Bahwa suatu saat nanti
Aku bisa mengubur semua hasrat yang ada
Di mana hanya akan ada satu kisah tentang rindu yang terlarang
Rindu Yang Terlarang
( Putra Jogja )
Sabtu, 04 April 2015
Puisi : Pasrah
Bagaimana mungkin, aku bisa mempercayai malam
Sedang kisah seribu malam yang aku tunggu telah menjelma kelam
Bagaimana mungkin, aku bisa mempercayai siang
Sedang hari penantian yang aku impikan kian menjelma gerhana
Mungkin slama ini aku terlalu berlebihan dalam bermimpi
Hingga pada suatu akhirnya aku tersadar dalam kesendirian ini
Mungkin juga aku terlalu naif dalam meminta
Hingga sampai detik ini, yang aku masih terkurung dalam lara
Kini aku benar-benar mengerti
Apa yang ada di balik rencanaMU
Aku slalu berharap pada mentari senja nanti
Kelak usai waktuku, aku hanya ingin berlabuh dalam naungan kasihMU
"" Pasrah ""
( Putra Jogja )
Sedang kisah seribu malam yang aku tunggu telah menjelma kelam
Bagaimana mungkin, aku bisa mempercayai siang
Sedang hari penantian yang aku impikan kian menjelma gerhana
Mungkin slama ini aku terlalu berlebihan dalam bermimpi
Hingga pada suatu akhirnya aku tersadar dalam kesendirian ini
Mungkin juga aku terlalu naif dalam meminta
Hingga sampai detik ini, yang aku masih terkurung dalam lara
Kini aku benar-benar mengerti
Apa yang ada di balik rencanaMU
Aku slalu berharap pada mentari senja nanti
Kelak usai waktuku, aku hanya ingin berlabuh dalam naungan kasihMU
"" Pasrah ""
( Putra Jogja )
Senin, 30 Maret 2015
Puisi : Beranda Cinta
Jika bintang tak lagi mengiringi purnama
Itu bukan semata-mata kesengajaan sang bintang
Karna bintang adalah sosok yang paling setia menemani sang malam
Hingga tak pernah ada kata lelahnya
Jika cinta tak lagi mengiringi hati
Itu bukan semata-mata kesengajaannya
Karna cinta adalah sebuah kehidupan yang abadi
Tak jua pula rasa ini
Begitu erat mengikat di hati
Tak jua pula rindu ini
Begitu kuat menuntun nurani
Mungkin kau takkan tau
Takkan pernah tau
Apa yang ada di balik tirai kelabu kalbuku
Karna aku sendiripun tak mau kau tau
Biarlah jajaran sepi meraung dalam tahta cinta birumu
Agar aku tak lagi kau sudutkan dalam beranda cinta sesaatku
"" Beranda Cinta ""
( Putra Jogja )
Itu bukan semata-mata kesengajaan sang bintang
Karna bintang adalah sosok yang paling setia menemani sang malam
Hingga tak pernah ada kata lelahnya
Jika cinta tak lagi mengiringi hati
Itu bukan semata-mata kesengajaannya
Karna cinta adalah sebuah kehidupan yang abadi
Tak jua pula rasa ini
Begitu erat mengikat di hati
Tak jua pula rindu ini
Begitu kuat menuntun nurani
Mungkin kau takkan tau
Takkan pernah tau
Apa yang ada di balik tirai kelabu kalbuku
Karna aku sendiripun tak mau kau tau
Biarlah jajaran sepi meraung dalam tahta cinta birumu
Agar aku tak lagi kau sudutkan dalam beranda cinta sesaatku
"" Beranda Cinta ""
( Putra Jogja )
Senin, 02 Maret 2015
Puisi : Luka Ini
Tak jua kunjung berlalu
Wajahmu slalu membayang di anganku
Tuturmu slalu membisik di heningku
Waktupun kian menyudutkanku
Kau tau?
Begitu sulit untuk melupa
Begitu sulit untuk menghapuskan
Begitu sulit untuk membuangnya
Mungkin hatiku telah mati
Rasa yang ada tak pernah berubah
Rindu yang beku tak pernah mencair
Lalu apa yang berlaku?
Aku mencinta
Namun aku yang kau campakan
Aku menyayang
Namun aku pula yang kau lukai
Takkan lagi aku meminta
Belas kasih sayang yang ada
Takkan lagi aku mengharap
Butir cinta yang ada
Cukup senang aku mengenalmu
Sebagaimana aku mengertikanmu
Cukup sudah aku mempertahankanmu
Sebagaimana hati yang gores
Dan cukuplah hati ini yang luka olehmu
Semoga kau bahagia dengannya
"" Luka Ini ""
( Putra Jogja )
Wajahmu slalu membayang di anganku
Tuturmu slalu membisik di heningku
Waktupun kian menyudutkanku
Kau tau?
Begitu sulit untuk melupa
Begitu sulit untuk menghapuskan
Begitu sulit untuk membuangnya
Mungkin hatiku telah mati
Rasa yang ada tak pernah berubah
Rindu yang beku tak pernah mencair
Lalu apa yang berlaku?
Aku mencinta
Namun aku yang kau campakan
Aku menyayang
Namun aku pula yang kau lukai
Takkan lagi aku meminta
Belas kasih sayang yang ada
Takkan lagi aku mengharap
Butir cinta yang ada
Cukup senang aku mengenalmu
Sebagaimana aku mengertikanmu
Cukup sudah aku mempertahankanmu
Sebagaimana hati yang gores
Dan cukuplah hati ini yang luka olehmu
Semoga kau bahagia dengannya
"" Luka Ini ""
( Putra Jogja )
Senin, 02 Februari 2015
Puisi : Sapaan Embun Pagi
Laksana sinar mentaripun membangunkan dari pembaringan malam
Perlahan melerai sekat di sudut pawana ancala
Lirih riuhpun menyendu di sendi kala syair melantun dengan penuh kesenduan
Kau,
Yang kerap membayang di setiap imajinasiku
Kau,
Yang kerap menuntun di setiap tegup jantungku
Hingga nada-nadipun bermelodikan cinta tersucimu
Awan-awanpun mengikrarkan betapa berartinya cinta yang kau hadirkan di dalam hidupku
Embun-embunpun menitiskan beningnya di ujung dedaunan keladi
Itulah dirimu cinta,
Yang menyapa dengan halus layaknya angin menemani embun pagiku
Itulah kamu cinta,
Yang merasuk menyelubungi dengan perlahan
Hingga menghinggapi sanubariku
Sekalipun kecup sapaku tak terlaksana langsung di pagi ini
Biarlah dengan sapaan embun aku menitipkannya untukmu
Semoga di pagi ini menjadikan pagi yang indah dan cerah untukmu
"" Sapaan Embun Pagi ""
( Putra Jogja )
Perlahan melerai sekat di sudut pawana ancala
Lirih riuhpun menyendu di sendi kala syair melantun dengan penuh kesenduan
Kau,
Yang kerap membayang di setiap imajinasiku
Kau,
Yang kerap menuntun di setiap tegup jantungku
Hingga nada-nadipun bermelodikan cinta tersucimu
Awan-awanpun mengikrarkan betapa berartinya cinta yang kau hadirkan di dalam hidupku
Embun-embunpun menitiskan beningnya di ujung dedaunan keladi
Itulah dirimu cinta,
Yang menyapa dengan halus layaknya angin menemani embun pagiku
Itulah kamu cinta,
Yang merasuk menyelubungi dengan perlahan
Hingga menghinggapi sanubariku
Sekalipun kecup sapaku tak terlaksana langsung di pagi ini
Biarlah dengan sapaan embun aku menitipkannya untukmu
Semoga di pagi ini menjadikan pagi yang indah dan cerah untukmu
"" Sapaan Embun Pagi ""
( Putra Jogja )
Sabtu, 31 Januari 2015
Puisi : Pedihku Menyayangimu
Hendak kemana lagi, kan kubawa luka ini
Sedang pedihnya kian tak sanggup untuk kuselami
Karna semakin dalam rasa itu ku jejaki
Semakin pula aku larut nan hancur bersamanya
Mungkin aku tak sanggup memendam rasa ini
Mungkin jua aku tak mampu menenggelamkan gelora di hati
Namun aku tak pernah menginginkan semua ini
Menahan airmata, menghiba dalam getirnya
Kau jua tahu,
Bahwa aku masih di sini menantimu
Berharap kau kembali di sisiku
Kau hanya biarkan aku dalam penantianmu
Tak jua hadir
Tak jua menyapa
Hampir berapa ribu
Sajakku berujar dalam puisi, sya'ir penantianku
Namun tak pernah sedikitpun hatimu bercelah
Berbisik padaku bahwa kau masih punya hati
Hanya luka yang ku dapat
Dan di kesekian kalinya
Kau slalu buatku menangis
Bersedih, tanpa kau sadari
Aku yang teramat pedih dalam menyayangimu
"" Pedihku Menyayangimu ""
( Putra Jogja )
Sedang pedihnya kian tak sanggup untuk kuselami
Karna semakin dalam rasa itu ku jejaki
Semakin pula aku larut nan hancur bersamanya
Mungkin aku tak sanggup memendam rasa ini
Mungkin jua aku tak mampu menenggelamkan gelora di hati
Namun aku tak pernah menginginkan semua ini
Menahan airmata, menghiba dalam getirnya
Kau jua tahu,
Bahwa aku masih di sini menantimu
Berharap kau kembali di sisiku
Kau hanya biarkan aku dalam penantianmu
Tak jua hadir
Tak jua menyapa
Hampir berapa ribu
Sajakku berujar dalam puisi, sya'ir penantianku
Namun tak pernah sedikitpun hatimu bercelah
Berbisik padaku bahwa kau masih punya hati
Hanya luka yang ku dapat
Dan di kesekian kalinya
Kau slalu buatku menangis
Bersedih, tanpa kau sadari
Aku yang teramat pedih dalam menyayangimu
"" Pedihku Menyayangimu ""
( Putra Jogja )
Kamis, 29 Januari 2015
Puisi : Kepedihan Yang Mendalam
Jauh sudah kembara dalam lanaku
Hingga kegundahan seakan menjadi keluargaku
Gelap gulita menjadi sandaran lelahku
Jiwaku hampa di selimut pilu
Bahana cinta tinggal buana
Berontak luka tenggelam lara
Bimbang menghiris tak berdaya
Berbisiklah hiba senja kala
Bahwa lukaku masih mengintainya
Duhai laksana bayu,
Sehterukanlah kesah kesuh di jiwaku
Akan hadiah luka yang kian merekah penuh sembilu
Sehingga sadarnya adalah hati yang luka
Jikalau rasa ini adalah kesalahan
Biarlah kan kubesit luka di hati
Hingga suatu masa nanti tak ada lagi air mata
Ataupun kepedihan yang mendalam
"" Kepedihan Yang Mendalam ""
( Putra Jogja )
Hingga kegundahan seakan menjadi keluargaku
Gelap gulita menjadi sandaran lelahku
Jiwaku hampa di selimut pilu
Bahana cinta tinggal buana
Berontak luka tenggelam lara
Bimbang menghiris tak berdaya
Berbisiklah hiba senja kala
Bahwa lukaku masih mengintainya
Duhai laksana bayu,
Sehterukanlah kesah kesuh di jiwaku
Akan hadiah luka yang kian merekah penuh sembilu
Sehingga sadarnya adalah hati yang luka
Jikalau rasa ini adalah kesalahan
Biarlah kan kubesit luka di hati
Hingga suatu masa nanti tak ada lagi air mata
Ataupun kepedihan yang mendalam
"" Kepedihan Yang Mendalam ""
( Putra Jogja )
Rabu, 28 Januari 2015
Puisi : Sadarku
Jika suatu saat nanti
Aku benar-benar pergi
Jangan pernah tanyakan mengapa?
Karna lelahku tak lagi bisa memahamimu
Jika suatu nanti
Rasaku benar-benar sudah mati
Jangan pernah tanyakan kenapa?
Karna sunyinya malam-malamku kian merasuki
Mungkin cintaku bagimu hanyalah sepindar cahaya lilin yang teramat redup menyinari
Namun di setiap do'aku padaNya
Aku slalu meminta, biarlah redupnya lilin ini slalu menyala di hatimu
Kala cahaya terang lainnya mulai padam
Tidakkah berat bukan?
Jika hanya itu permintaanku
Karna sampai detik ini
Namamu masih terlukis dalam hati
Walau ku tahu, siapalah aku ini
"" Sadarku ""
( Putra Jogja )
Aku benar-benar pergi
Jangan pernah tanyakan mengapa?
Karna lelahku tak lagi bisa memahamimu
Jika suatu nanti
Rasaku benar-benar sudah mati
Jangan pernah tanyakan kenapa?
Karna sunyinya malam-malamku kian merasuki
Mungkin cintaku bagimu hanyalah sepindar cahaya lilin yang teramat redup menyinari
Namun di setiap do'aku padaNya
Aku slalu meminta, biarlah redupnya lilin ini slalu menyala di hatimu
Kala cahaya terang lainnya mulai padam
Tidakkah berat bukan?
Jika hanya itu permintaanku
Karna sampai detik ini
Namamu masih terlukis dalam hati
Walau ku tahu, siapalah aku ini
"" Sadarku ""
( Putra Jogja )
Senin, 26 Januari 2015
Puisi : Cinta Yang Tak Lagi Berisyarat
Segenap ratap ter toreh sesaat
Tat kala duka menggema
berbekas
Bahana lara dalam vananya
Dengan beragam mimpi
yang ter selimuti kegelapan
Ketika rasa beranjak pergi
Bathinpun tersiksa mencari
Tentang keberadaanmu
Setibanya di lautan, sepiku mulai mengusik kediaman
Yang selalu membisik
Hanya karna di racun rasa
Mati bernada luka dengan cerita yang meyakitkan
Takkan ada lagi artinya ukiran
Terus apa yang harus di fikir kembali?
Sementara pergimu lenyap dari nyataku
Hanya dalam Kesedihan
ku genggam rasa
Hingga senyumpun telah terkapar
Takkan ada lagi rasa yang bersemi
Takkan ada lagi cinta yang kan tumbuh
Meskipun nada-nada bermelodi
Layaknya hari meniti menyusuri titian-titian mega yang membisu
Dan takkan pernah lagi mampu menguraikan kalimah
Tuhan...
Ijhinkanlah aku menyayanginya
Dengan rasaku yang hanya sekejap mata menerewang
Meskipun cintanya tak lagi ber isyarat
"" Cinta Yang Tak Lagi Berisyarat ""
( Putra Jogja )
Tat kala duka menggema
berbekas
Bahana lara dalam vananya
Dengan beragam mimpi
yang ter selimuti kegelapan
Ketika rasa beranjak pergi
Bathinpun tersiksa mencari
Tentang keberadaanmu
Setibanya di lautan, sepiku mulai mengusik kediaman
Yang selalu membisik
Hanya karna di racun rasa
Mati bernada luka dengan cerita yang meyakitkan
Takkan ada lagi artinya ukiran
Terus apa yang harus di fikir kembali?
Sementara pergimu lenyap dari nyataku
Hanya dalam Kesedihan
ku genggam rasa
Hingga senyumpun telah terkapar
Takkan ada lagi rasa yang bersemi
Takkan ada lagi cinta yang kan tumbuh
Meskipun nada-nada bermelodi
Layaknya hari meniti menyusuri titian-titian mega yang membisu
Dan takkan pernah lagi mampu menguraikan kalimah
Tuhan...
Ijhinkanlah aku menyayanginya
Dengan rasaku yang hanya sekejap mata menerewang
Meskipun cintanya tak lagi ber isyarat
"" Cinta Yang Tak Lagi Berisyarat ""
( Putra Jogja )
Kamis, 22 Januari 2015
Puisi : Cerita Lalu
Belum jua usai ku rangkum cerita lalu
Namun kenapa kau tega merobek naskah kisah itu
Seakan kau tak ingin melihat apa yang pernah ku alami
Saat di mana aku kau tinggalkan
Mengapa mudah kau ucap sudah?
Air mata belum jua kering di pipi
Mengapa mudah kau ucap putus?
Alur belumlah seberapa di hidup
Kau kata,
Kisah ini hanya maya
Kau kata,
Kiasan ini hanya semu semata
Lantas apa yang ada di benakmu?
Rasaku ingin jauh membawa cerita ini
Namun bayangmu slalu membias di setiap ruas simpang jalanku
Hingga hatipun tak pernah sanggup menahan pedihnya
Yang menjalar di setiap nada nadiku
Mungkin aku takkan sanggup melupakanmu
Mungkin jua aku takkan sanggup menahan pedih ini
Karna yang ada hanyalah sakit dan sakit
Saat kau jauh dariku
"" Cerita Lalu ""
( Putra Jogja )
Namun kenapa kau tega merobek naskah kisah itu
Seakan kau tak ingin melihat apa yang pernah ku alami
Saat di mana aku kau tinggalkan
Mengapa mudah kau ucap sudah?
Air mata belum jua kering di pipi
Mengapa mudah kau ucap putus?
Alur belumlah seberapa di hidup
Kau kata,
Kisah ini hanya maya
Kau kata,
Kiasan ini hanya semu semata
Lantas apa yang ada di benakmu?
Rasaku ingin jauh membawa cerita ini
Namun bayangmu slalu membias di setiap ruas simpang jalanku
Hingga hatipun tak pernah sanggup menahan pedihnya
Yang menjalar di setiap nada nadiku
Mungkin aku takkan sanggup melupakanmu
Mungkin jua aku takkan sanggup menahan pedih ini
Karna yang ada hanyalah sakit dan sakit
Saat kau jauh dariku
"" Cerita Lalu ""
( Putra Jogja )
Selasa, 20 Januari 2015
Puisi : Adakah Aku Bersalah
Malam semakin kelam
Kerdip bintang tak jua tiba
Hati semakin tersiksa
Sunyi memapah silam
Arakan awan menyelimut pilu
Gundah gulana membelenggu kalbu
Asa luruh di hempas nista
Prahara cinta berakhir lara
Rindu berkepanjangan tiada arti
Rasa bermunajad tiada pasti
Resah menyulam di atas luka
Meronta jiwa sembilu adanya
Rintih merajut di atas pedih
Menghiba kasih rasa kecewa
Duhai waktu?
Adakah aku bersalah padamu
Hingga waktumu tak jua kunjung berlalu
Lelah, letihku kau belenggukan dalam hidupku
"" Adakah Aku Bersalah ""
( Putra Jogja )
Kerdip bintang tak jua tiba
Hati semakin tersiksa
Sunyi memapah silam
Arakan awan menyelimut pilu
Gundah gulana membelenggu kalbu
Asa luruh di hempas nista
Prahara cinta berakhir lara
Rindu berkepanjangan tiada arti
Rasa bermunajad tiada pasti
Resah menyulam di atas luka
Meronta jiwa sembilu adanya
Rintih merajut di atas pedih
Menghiba kasih rasa kecewa
Duhai waktu?
Adakah aku bersalah padamu
Hingga waktumu tak jua kunjung berlalu
Lelah, letihku kau belenggukan dalam hidupku
"" Adakah Aku Bersalah ""
( Putra Jogja )
Kamis, 15 Januari 2015
Puisi : Kenangan
Lembut tuturmu menyentuh kalbu
Bak sutera kahyangan menyelimuti jiwaku
Lisan ucapmu meruntuhkan bekunya hatiku
Bak samudera menggempur karang di lautan
Kau tahu cinta?
Rasa yang dulu pernah mati
Kembali hidup bagai mimpi
Nadi yang dulu pernah berhenti
Kembali berdenyut bagai berlari
Namun ku tahu cinta,
Kau hanya mimpi sesaatku
Dimana datang dan pergimu
Hanyalah ibarat angin lalu
Berhembus di pusara mayaku
Menghilang tinggalkan sepoimu
Dan kini aku benar-benar merasa sadar
Saat sendiriku di sudut sunyi memapah kenangan kita
"" Kenangan Kita ""
( Putra Jogja )
Bak sutera kahyangan menyelimuti jiwaku
Lisan ucapmu meruntuhkan bekunya hatiku
Bak samudera menggempur karang di lautan
Kau tahu cinta?
Rasa yang dulu pernah mati
Kembali hidup bagai mimpi
Nadi yang dulu pernah berhenti
Kembali berdenyut bagai berlari
Namun ku tahu cinta,
Kau hanya mimpi sesaatku
Dimana datang dan pergimu
Hanyalah ibarat angin lalu
Berhembus di pusara mayaku
Menghilang tinggalkan sepoimu
Dan kini aku benar-benar merasa sadar
Saat sendiriku di sudut sunyi memapah kenangan kita
"" Kenangan Kita ""
( Putra Jogja )
Sabtu, 10 Januari 2015
Puisi : Temaram Purnama
Sekilas saja raut wajahmu terpandang
Serasa surga duniaku sekarang
Entah,
Apakah ini hanyalah sebuah mimpi
Ataukah hidup Ini hanyalah mimpi
Yang teramat panjang
Tuhan,
Jika hidup ini sebuah mimpi
Janganlah kau membangunkan aku
Dari lelapnya mimpiku ini
Karna bahagianya hati tidak akan pernah terulang lagi
Tuhan,
Jika hidup ini adalah sebuah perjalanan
Tuntunlah arah kedua mata kakiku
Agar sampai di dalam ruang singgahnya
Hingga temaram bersama datangnya purnama-purnama malam
"" Temaram Purnama ""
( Putra Jogja )
Serasa surga duniaku sekarang
Entah,
Apakah ini hanyalah sebuah mimpi
Ataukah hidup Ini hanyalah mimpi
Yang teramat panjang
Tuhan,
Jika hidup ini sebuah mimpi
Janganlah kau membangunkan aku
Dari lelapnya mimpiku ini
Karna bahagianya hati tidak akan pernah terulang lagi
Tuhan,
Jika hidup ini adalah sebuah perjalanan
Tuntunlah arah kedua mata kakiku
Agar sampai di dalam ruang singgahnya
Hingga temaram bersama datangnya purnama-purnama malam
"" Temaram Purnama ""
( Putra Jogja )
Jumat, 09 Januari 2015
Puisi : Luka Bertaut Nanar
Ku ukir tanya di benakku
Isyarat fikir yang terukir indah atas namamu
Ku sulam kasih di hatiku
Tersemat harap di jajaran waktu
Wahai sebuah nama
Bisakah kau sekejap mengingatku?
Bisakah kau sekejap mendengarku?
Aku tahu,
Kau masih di situ
Merindukanku dalam waktumu
Menantiku dalam diammu
Menyayangiku dalam bencimu
Kau jua tahu,
Aku masih menyayangkanmu
Aku masih setia menggenggam cintaku
Aku masih selalu menantikanmu
Namun kenapa?
Berulang kali patahkan dahan asmaraku
Hingga tunas cintapun enggan lagi tumbuh di kalbu
Tumbang asapun tak bisa di pungkiri
Kenapa harus hati yang luka?
Kenapa harus jiwa yang merana?
Haruskah aku menyimpanmu dalam-dalam?
Agar rasa ini tenggelam bersamamu
Ataukah aku akhiri saja kisah ini?
Agar kau bisa bahagia dengan insan idamanmu
Ya Tuhan,
Begitu berat rasa ini melepas
Begitu sulit rasa ini menerima
Aku tahu,
Tiadalah sempurna dalam hidupku
Tiadalah sepadan dalam persandingan itu
Namun kenapa?
KAU hadirkan dia untukku?
Aku iklhas jika semua ini kehendakMU
Walau nyatanya luka bertaut nanar yang ada dalam diriku
"" Luka Bertaut Nanar ""
(Putra Jogja)
Isyarat fikir yang terukir indah atas namamu
Ku sulam kasih di hatiku
Tersemat harap di jajaran waktu
Wahai sebuah nama
Bisakah kau sekejap mengingatku?
Bisakah kau sekejap mendengarku?
Aku tahu,
Kau masih di situ
Merindukanku dalam waktumu
Menantiku dalam diammu
Menyayangiku dalam bencimu
Kau jua tahu,
Aku masih menyayangkanmu
Aku masih setia menggenggam cintaku
Aku masih selalu menantikanmu
Namun kenapa?
Berulang kali patahkan dahan asmaraku
Hingga tunas cintapun enggan lagi tumbuh di kalbu
Tumbang asapun tak bisa di pungkiri
Kenapa harus hati yang luka?
Kenapa harus jiwa yang merana?
Haruskah aku menyimpanmu dalam-dalam?
Agar rasa ini tenggelam bersamamu
Ataukah aku akhiri saja kisah ini?
Agar kau bisa bahagia dengan insan idamanmu
Ya Tuhan,
Begitu berat rasa ini melepas
Begitu sulit rasa ini menerima
Aku tahu,
Tiadalah sempurna dalam hidupku
Tiadalah sepadan dalam persandingan itu
Namun kenapa?
KAU hadirkan dia untukku?
Aku iklhas jika semua ini kehendakMU
Walau nyatanya luka bertaut nanar yang ada dalam diriku
"" Luka Bertaut Nanar ""
(Putra Jogja)
Kamis, 01 Januari 2015
Puisi : Pergilah
Terbanglah merpati putihku, rengkuhlah dunia di balik sangkar kasih ini
Masih jauh perjalanan yang menantimu, kepakkanlah sayapmu
Terbanglah, jelajahi luasnya hamparan langit biru
Masih banyak cerita indah yang tengah menantimu disana, di balik kehidupan sangkar nan pengap ini
Di mana kehidupan yang
nyata dan tiada berkiaskan wajah kesemuan
Usah kau hiraukanku yang masih terpaku di relung gelapnya lorong sangkar ini
Gapailah warna cinta mu dimana tiada fatamorgana yang tercermin
Usahlah kau tanya kenapa ?
Kerana kita tlah mengerti jawabnya
Dan aku ingin menatap mu dalam senyuman yang nyata
Senyum kebahagiaan hati dan cintamu di atas hamparan bayang kenyataan
yang tersirat
Pada seberkas cinta
yang tergenggam di relung jiwa ini
Kurela melepaskan sebait impian yang ku tahu tiada kan berujung
Demi hari hari esok yang mesti kau lewati
Di mana seribu kebahagiaan cinta
nyata menantimu
Di mana sejalinan hari-hari indah nyata menunggu tuk kau petik
Kepakkanlah sayap-sayap lentikmu
Terbanglah merambahi langit
nan luas
Kuyakin ada sejatiNya kebahagiaan cintamu yang tengah merindukanmu
Jangan kau tanyakan cinta padaku ?
Jua jangan kau tanyakan mengapa pada jiwa ini ?
Karena kau tlah tahu cinta ini begitu tulus padamu
Jangan kau tanyakan pula tentang mimpi pada ku ?
Karena tlah kuhempaskan semua
impian itu
Demi kebahagiaanmu di hari esok nanti
Terbanglah merpatiku
Membungbung tinggi
Kurela melepasmu kerana rasa cintaku yang begitu dalam padamu
Semuanya hanya menuju satu arah kebahagiaanmu
"" Pergilah ""
( Putra Jogja )
Masih jauh perjalanan yang menantimu, kepakkanlah sayapmu
Terbanglah, jelajahi luasnya hamparan langit biru
Masih banyak cerita indah yang tengah menantimu disana, di balik kehidupan sangkar nan pengap ini
Di mana kehidupan yang
nyata dan tiada berkiaskan wajah kesemuan
Usah kau hiraukanku yang masih terpaku di relung gelapnya lorong sangkar ini
Gapailah warna cinta mu dimana tiada fatamorgana yang tercermin
Usahlah kau tanya kenapa ?
Kerana kita tlah mengerti jawabnya
Dan aku ingin menatap mu dalam senyuman yang nyata
Senyum kebahagiaan hati dan cintamu di atas hamparan bayang kenyataan
yang tersirat
Pada seberkas cinta
yang tergenggam di relung jiwa ini
Kurela melepaskan sebait impian yang ku tahu tiada kan berujung
Demi hari hari esok yang mesti kau lewati
Di mana seribu kebahagiaan cinta
nyata menantimu
Di mana sejalinan hari-hari indah nyata menunggu tuk kau petik
Kepakkanlah sayap-sayap lentikmu
Terbanglah merambahi langit
nan luas
Kuyakin ada sejatiNya kebahagiaan cintamu yang tengah merindukanmu
Jangan kau tanyakan cinta padaku ?
Jua jangan kau tanyakan mengapa pada jiwa ini ?
Karena kau tlah tahu cinta ini begitu tulus padamu
Jangan kau tanyakan pula tentang mimpi pada ku ?
Karena tlah kuhempaskan semua
impian itu
Demi kebahagiaanmu di hari esok nanti
Terbanglah merpatiku
Membungbung tinggi
Kurela melepasmu kerana rasa cintaku yang begitu dalam padamu
Semuanya hanya menuju satu arah kebahagiaanmu
"" Pergilah ""
( Putra Jogja )
Langganan:
Postingan (Atom)